Pisau Ockham: Mengapa Kesederhanaan Bisa Mengguncang Gereja dan Filsafat?
- Image Creator Grok/Handoko
Ockham datang dengan pendekatan berbeda. Ia menolak penjelasan-penjelasan metafisik yang tidak bisa dibuktikan secara langsung atau diamati. Bagi Ockham, jika dua penjelasan bisa menjelaskan hal yang sama, maka yang lebih sederhana adalah yang harus dipilih. Pemikiran ini menjadi tamparan bagi banyak tokoh gereja yang telah terbiasa dengan teori-teori kompleks.
Misalnya, dalam diskusi tentang keberadaan Tuhan, para skolastik biasanya menyusun argumen panjang yang melibatkan konsep-konsep seperti “bentuk substansial” dan “hiyerarhi entitas”. Ockham menilai bahwa pendekatan seperti ini terlalu jauh dari realitas dan terlalu rumit untuk dijadikan landasan iman.
Dampak pada Teologi Katolik
Salah satu akibat langsung dari Pisau Ockham adalah terjadinya pemisahan yang lebih jelas antara iman dan akal. Ockham berpendapat bahwa banyak hal dalam agama tidak bisa dibuktikan melalui logika atau rasionalitas, melainkan hanya bisa diterima melalui wahyu dan keyakinan pribadi.
Pandangan ini mereduksi peran logika dalam menjelaskan iman, dan memberikan batas tegas antara teologi dan filsafat. Hal ini tentu saja ditentang keras oleh Gereja, karena selama berabad-abad mereka memadukan filsafat Yunani dengan ajaran Kristen untuk menyusun doktrin.
Namun, justru dari sinilah muncul benih-benih perubahan besar. Dengan menunjukkan bahwa akal dan iman bisa dipisahkan, Ockham membuka jalan bagi para pemikir berikutnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara bebas, tanpa harus selalu tunduk pada otoritas religius.
Pengaruh pada Ilmu Pengetahuan