John Sellars: “Kebahagiaan Datang Ketika Kita Hidup Sejalan dengan Nilai dan Kebajikan yang Kita Yakini”

John Sellars
Sumber :
  • Cuplikan Layar

Jakarta, WISATA – Di tengah dinamika dunia modern yang serba cepat, filsuf kontemporer John Sellars menghadirkan pemahaman yang menyejukkan dari warisan kebijaksanaan kuno. Melalui pemikiran Stoikisme, ia mengajak masyarakat global untuk kembali mendefinisikan makna kebahagiaan—bukan sebagai kondisi eksternal, melainkan sebagai hasil dari hidup yang berintegritas.

40 Kutipan Mencengangkan Socrates yang Mengungkap Kunci Kebahagiaan Sejati dan Hidup Bijak

Salah satu kutipan yang paling menggugah dari John Sellars menyatakan:

“Kebahagiaan datang ketika kita hidup sejalan dengan nilai dan kebajikan yang kita yakini.”

Mengejutkan! Inilah Rahasia Kebahagiaan Menurut Socrates yang Terbukti Sepanjang Zaman

Kutipan ini bukan sekadar ungkapan inspirasional, tetapi merupakan esensi dari Stoikisme, filsafat kuno yang kini kembali menjadi panduan hidup di era yang penuh ketidakpastian dan distraksi.

Stoikisme dan Makna Kebahagiaan yang Autentik

Mengapa Seneca Lebih Relevan dari Motivator Zaman Sekarang? Ini Alasannya!

Stoikisme lahir pada abad ke-3 SM dan berkembang pesat melalui tokoh-tokoh seperti Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius. Mereka meyakini bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada kekayaan, status sosial, atau peristiwa di luar diri, tetapi berasal dari keselarasan antara tindakan dan nilai moral.

John Sellars, melalui buku-bukunya seperti Lessons in Stoicism dan The Art of Living, membumikan filsafat ini untuk masyarakat modern. Ia menekankan bahwa kebahagiaan bukanlah euforia sesaat, tetapi sebuah kondisi batin yang stabil dan mendalam, lahir dari tindakan yang konsisten dengan kebajikan.

Kebajikan: Pilar Utama dalam Kehidupan Stoik

Dalam Stoikisme, terdapat empat kebajikan utama yang menjadi fondasi kehidupan bermakna: kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri.

Menurut Sellars, ketika seseorang hidup berdasarkan kebajikan ini, ia tidak hanya menjadi pribadi yang kuat secara mental, tetapi juga memperoleh ketenangan batin yang mendalam.

“Tidak mungkin merasa tenang jika hidup bertentangan dengan nilai yang kita anggap benar,” tulis Sellars dalam salah satu kuliahnya di King’s College London.

Ia menambahkan bahwa ketidaksesuaian antara keyakinan dan tindakan adalah sumber utama keresahan manusia modern. Oleh karena itu, mengintegrasikan nilai ke dalam kehidupan sehari-hari menjadi kunci kebahagiaan yang autentik.

Nilai dan Konsistensi dalam Era Modern

Di tengah tekanan sosial, ekspektasi karier, dan pengaruh media digital, banyak orang terjebak pada kehidupan yang terfragmentasi. Kita mungkin menampilkan citra yang sempurna di luar, tetapi mengalami konflik batin karena kehidupan kita tidak selaras dengan nilai-nilai pribadi.

John Sellars memberikan solusi yang sederhana namun mendalam: kembali ke prinsip dasar. Hidup secara konsisten sesuai dengan nilai dan kebajikan akan membentuk integritas, dan dari integritas itulah kebahagiaan lahir.

“Ketika kita tahu apa yang benar, dan kita menjalaninya, maka kita tidak perlu mencari validasi dari luar,” tegasnya.

Membangun Kehidupan Berdasarkan Nilai: Langkah Nyata

Sellars mengusulkan beberapa pendekatan praktis yang bisa diterapkan oleh siapa saja untuk menjalani kehidupan berdasarkan nilai:

1.     Identifikasi Nilai Inti – Tanyakan pada diri sendiri: Apa yang benar-benar saya yakini? Apa yang tidak bisa saya kompromikan?

2.     Evaluasi Harian – Lakukan refleksi setiap malam: Apakah saya telah hidup sesuai dengan nilai-nilai itu hari ini?

3.     Ubah Fokus dari Hasil ke Proses – Jangan terpaku pada hasil eksternal. Fokuslah pada kualitas tindakan yang sesuai dengan nilai.

4.     Hindari Pengaruh Negatif – Jaga jarak dari lingkungan atau individu yang mendorong kita untuk hidup bertentangan dengan prinsip kita.

Kebahagiaan Bukan Tentang Kenikmatan Sementara

Bagi John Sellars, kebahagiaan yang diburu dalam bentuk hiburan, konsumsi, atau pencapaian eksternal hanyalah ilusi yang menyesatkan jika tidak dibarengi dengan kedalaman moral.

Stoikisme bukan menolak kebahagiaan sensorik, tetapi menempatkannya pada tempat yang wajar. Emosi positif tetap bisa dinikmati, namun tidak dijadikan pusat kehidupan. Yang terpenting adalah apakah tindakan kita mencerminkan integritas dan kebijaksanaan.

Kontribusi Stoikisme dalam Psikologi dan Kesehatan Mental

Pendekatan Stoik seperti yang dikembangkan Sellars juga memiliki dampak signifikan dalam bidang psikologi modern. Banyak prinsip Stoik kini digunakan dalam terapi kognitif-perilaku (CBT), termasuk teknik mengelola pikiran otomatis negatif dan membangun ketangguhan emosional.

Sellars menjelaskan bahwa mengendalikan pikiran dan reaksi kita—bukan dunia di luar—adalah fondasi bagi kesehatan mental yang stabil.

Teladan dari Tokoh Stoik: Marcus Aurelius dan Konsistensi Nilai

Dalam bukunya The Philosophy of a Roman Emperor, Sellars mengupas bagaimana Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi, mampu tetap setia pada nilai-nilai kebajikan meskipun berada di puncak kekuasaan.

Sellars menyatakan bahwa Marcus adalah contoh sempurna seseorang yang hidup sejalan dengan nilai-nilainya, bahkan di tengah tekanan dan tanggung jawab luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa siapa pun—tak peduli statusnya—dapat menemukan kebahagiaan melalui konsistensi moral.

Kesimpulan: Nilai adalah Kompas, Kebahagiaan adalah Hadiah

Kutipan John Sellars, “Kebahagiaan datang ketika kita hidup sejalan dengan nilai dan kebajikan yang kita yakini,” menegaskan bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang dikejar, melainkan buah dari kehidupan yang dijalani dengan prinsip.

Di tengah dunia yang menawarkan kesenangan instan, Sellars mengajak kita kembali pada kesederhanaan yang mendalam: hidup dengan nilai, bukan ilusi.

Dengan menjadikan kebajikan sebagai dasar kehidupan, kita tidak hanya menemukan makna, tetapi juga damai yang tak tergoyahkan.