Anak Taung: Kisah Kontroversial Penemuan Fosil yang Membuktikan Asal-usul Manusia di Afrika

Tengkorak Anak Taung yang Ditemukan di Afrika Selatan
Sumber :
  • Instagram/paleontology_id

Malang, WISATA – Seratus tahun yang lalu, sebuah makalah diterbitkan di jurnal Nature yang secara radikal mengubah pemahaman kita tentang asal-usul manusia. Makalah tersebut menggambarkan sebuah fosil yang ditemukan di tambang kapur di Taung, Afrika Selatan, yang kemudian dikenal sebagai tengkorak anak Taung.

Belalang yang Punah Ditemukan Kembali setelah 40 Tahun

Penulis makalah tersebut, seorang ahli anatomi kelahiran Australia bernama Raymond Dart, berpendapat bahwa fosil tersebut adalah spesies hominin baru yang disebut Australopithecus africanus. Itu adalah bukti pertama bahwa manusia berasal dari Afrika.

Dalam episode podcast 'The Conversation Weekly' ini, terdapat perbincangan dengan sejarawan sains Christa Kuljian tentang warisan rumit Dart dan dengan paleoantropolog Dipuo Kgotleng tentang apa yang terjadi pada kota Taung itu sendiri dan bagaimana paleoantropologi telah berubah selama seabad terakhir.

Kapan Manusia Modern Menyebar dan Menempati 7 Benua di Dunia?

Ketika makalah Dart pertama kali diterbitkan, makalah tersebut dicemooh habis-habisan oleh rekan-rekan ilmuwannya. Charles Darwin memiliki firasat bahwa semua manusia memiliki asal-usul yang sama di Afrika, tetapi para arkeolog pada saat itu tidak mencari bukti di benua tersebut, sebagaimana dijelaskan Kuljian, seorang rekan peneliti di Universitas Witwatersrand, sebagai berikut:

"Ilmuwan berpendapat bahwa manusia berevolusi di Eropa atau mungkin Asia dan keyakinan itu dipengaruhi oleh asumsi keliru yang dimiliki banyak ilmuwan bahwa orang Eropa lebih unggul daripada orang lain di seluruh dunia dan bahwa ada hierarki ras. Paleoantropologi dan pencarian asal usul manusia berakar pada era pemikiran yang dirasialisasikan dan supremasi kulit putih."

Penemuan Peralatan Batu Kuno Mengungkap Manusia Hidup di Hutan Hujan Tropis Jauh Lebih Awal dari yang Diperkirakan

Kontribusi Dart akhirnya membuktikan bahwa hal ini salah. Namun pada saat yang sama, Dart, seperti banyak ilmuwan yang bekerja di Eropa dan AS pada awal abad ke-20, terlibat dalam praktik antropologi yang mengganggu dan rasis.

Bersamaan dengan warisan Dart yang rumit, para peneliti juga menilai ulang cara penemuan seperti tengkorak anak Taung yang diceritakan melalui sudut pandang seorang pahlawan kulit putih seperti Indiana Jones.

Halaman Selanjutnya
img_title