Tim Ferriss dan Massimo Pigliucci: Buku-Buku Stoikisme yang Menginspirasi Kehidupan Modern

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Tangkapan Layar

Jakarta, WISATA - Dalam beberapa dekade terakhir, Stoikisme, filosofi kuno yang lahir di Yunani dan berkembang di Roma, mengalami kebangkitan di era modern. Dua nama besar yang berkontribusi dalam membawa Stoikisme ke khalayak luas adalah Tim Ferriss, seorang penulis produktivitas terkenal, dan Massimo Pigliucci, seorang filsuf dan akademisi. Melalui buku-buku mereka, Stoikisme dihidupkan kembali sebagai alat praktis untuk mengatasi tantangan kehidupan modern.

Robert Rosenkranz: “Kebijaksanaan adalah Hasil dari Refleksi yang Jujur terhadap Kegagalan dan Kesalahan”

Stoikisme dan Tantangan Kehidupan Modern

Di tengah tekanan pekerjaan, gangguan teknologi, dan kecemasan global, banyak orang mencari panduan yang dapat membantu mereka menjalani hidup dengan lebih tenang dan bermakna. Di sinilah Stoikisme menemukan relevansinya. Filosofi ini menawarkan kebijaksanaan yang membantu seseorang fokus pada hal-hal yang dapat mereka kendalikan, sambil menerima hal-hal yang berada di luar kendali mereka dengan lapang dada.

Massimo Pigliucci: "Ketakutan Akan Kegagalan Sering Kali Lebih Buruk daripada Kegagalan Itu Sendiri"

Tim Ferriss: Stoikisme sebagai Alat Produktivitas

Tim Ferriss dikenal luas lewat bukunya The 4-Hour Workweek, tetapi dalam konteks Stoikisme, kontribusi besarnya terlihat melalui esai dan wawancara yang mempopulerkan filosofi ini. Dalam berbagai kesempatan, Ferriss mengutip Stoikisme sebagai fondasi untuk menghadapi stres dan mengambil keputusan yang lebih baik.

Massimo Pigliucci: "Orang yang Benar-benar Kuat Adalah Mereka yang Mampu Mengendalikan Diri dalam Situasi Sulit"

Ferriss juga menyunting antologi The Tao of Seneca, sebuah koleksi surat-surat filsuf Stoik Seneca yang diterjemahkan dan diberi konteks untuk pembaca modern. Dalam pandangannya, Stoikisme adalah alat praktis yang dapat digunakan untuk:

  1. Mengelola emosi dalam situasi sulit.
  2. Meningkatkan fokus pada prioritas hidup.
  3. Membangun ketahanan mental untuk menghadapi tantangan hidup.
Halaman Selanjutnya
img_title