Mengapa Stoikisme Jadi Obat Stres di Era Digital yang Penuh Tekanan?
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Dunia digital telah membawa revolusi besar dalam cara manusia hidup dan bekerja. Dengan teknologi yang semakin maju, kita dapat terhubung dengan siapa saja di mana saja, menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat, dan mendapatkan informasi hanya dengan beberapa klik. Namun, di balik semua kemudahan ini, era digital juga membawa dampak buruk: stres yang terus meningkat, ketergantungan pada teknologi, dan berkurangnya kualitas hidup.
Dalam konteks ini, Stoikisme—filsafat kuno dari Yunani dan Romawi—muncul sebagai panduan hidup yang relevan. Dengan prinsip-prinsip seperti fokus pada hal yang bisa kita kendalikan, menjalani hidup dengan kebajikan, dan menerima ketidakpastian, Stoikisme menawarkan cara untuk menghadapi stres digital secara bijaksana.
Apa Itu Stoikisme dan Mengapa Relevan Hari Ini?
Stoikisme adalah filosofi hidup yang pertama kali dikembangkan oleh Zeno dari Citium sekitar abad ke-3 SM. Prinsip utamanya berfokus pada pemahaman bahwa ada dua hal dalam hidup: hal-hal yang bisa kita kendalikan dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Filosofi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang dari mengendalikan pikiran dan tindakan kita sendiri, bukan dari faktor eksternal.
Di era digital, konsep ini sangat relevan. Media sosial, notifikasi tanpa henti, dan ekspektasi untuk selalu "online" telah menciptakan tekanan yang luar biasa. Dengan mengadopsi pendekatan Stoik, kita dapat belajar untuk mengelola tekanan ini dengan lebih baik.
Mengapa Stoikisme Bisa Mengatasi Stres Digital?
- Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan
Salah satu ajaran inti Stoikisme adalah membedakan apa yang ada dalam kendali kita dan apa yang tidak. Dalam dunia digital, ini bisa berarti mengatur waktu layar, memilih konten yang kita konsumsi, dan memutuskan bagaimana kita merespons informasi negatif.