Ibnu Sina hingga Al-Farabi: Para Filsuf Muslim yang Menghidupkan Kembali Pemikiran Aristoteles
- UICI.ac.id
Ibnu Sina atau Avicenna adalah salah satu filsuf Muslim yang paling berpengaruh dan mengembangkan banyak konsep Aristoteles dalam bidang metafisika dan psikologi. Ibnu Sina menciptakan konsep “wajib al-wujud”, atau Keberadaan yang Wajib, yang menggambarkan Tuhan sebagai entitas yang keberadaannya niscaya dan tidak bergantung pada apa pun. Pemikiran ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep Aristoteles tentang “aktor penggerak pertama”.
Ibnu Sina juga memanfaatkan teori Aristoteles tentang jiwa dan kebahagiaan, tetapi ia menambahkannya dengan perspektif Islam. Menurutnya, jiwa manusia memiliki misi untuk mengenal Tuhan, dan kebahagiaan sejati adalah ketika manusia dapat mencapai pengetahuan tentang Tuhan. Ini menempatkan filsafat sebagai jalan menuju pemahaman spiritual, di mana akal dan wahyu bersatu dalam pencarian kebenaran.
Peran Filsuf Muslim dalam Melestarikan Pemikiran Aristoteles
Ibnu Sina dan Al-Farabi, bersama dengan filsuf lainnya seperti Ibnu Rusyd, membantu melestarikan pemikiran Aristoteles di dunia Islam dan bahkan memengaruhi pemikiran Eropa di masa Renaisans. Karya-karya mereka diterjemahkan kembali ke bahasa Latin dan dipelajari oleh para filsuf Barat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kontribusi para filsuf Muslim dalam mempertahankan dan mengembangkan ajaran-ajaran Aristoteles.
Pemikiran Aristoteles, melalui para filsuf Muslim, telah memberikan fondasi kuat bagi perkembangan filsafat Islam. Karya-karya ini menjadi jembatan yang menghubungkan Timur dan Barat, dan menjadi salah satu tonggak penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran dunia.