Mencari Kebahagiaan Sejati: Apa yang Disembunyikan Teori Eudaimonia Aristoteles?

Aristoteles sedang Mengajar
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA – Banyak orang sepanjang hidupnya berusaha mencari kebahagiaan sejati, namun seringkali berakhir kecewa ketika kebahagiaan yang mereka temukan ternyata hanya bersifat sementara. Apa sebenarnya yang mereka cari? Apakah mungkin kita salah memahami konsep kebahagiaan selama ini? Filsuf terkenal dari Yunani kuno, Aristoteles, telah berabad-abad lalu menawarkan jawabannya melalui konsep yang ia sebut "Eudaimonia." Artikel ini akan mengungkap apa yang sering kali disembunyikan oleh konsep Eudaimonia Aristoteles dan mengapa hal tersebut begitu penting dalam pencarian kebahagiaan sejati.

Mengubah Dunia Dimulai dari Diri Sendiri: Refleksi Mendalam dari Kutipan Leo Tolstoy yang Mengubah Perspektif Hidup

Apa yang Dimaksud dengan Eudaimonia?

Eudaimonia adalah istilah Yunani yang secara harfiah berarti "berjiwa baik" atau "bernasib baik." Namun, dalam konteks filsafat Aristoteles, istilah ini sering diterjemahkan sebagai "kebahagiaan" atau "kesejahteraan." Menurut Aristoteles, kebahagiaan bukan hanya tentang perasaan senang atau puas yang datang dan pergi, melainkan kondisi keseluruhan dari kehidupan yang dijalani dengan baik, dengan penuh kebajikan dan kehormatan.

Menggali Kearifan Leo Tolstoy: 9 Kutipan Terbaik yang Mengubah Cara Kita Melihat Kehidupan

Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam hal-hal material seperti uang, status, atau kepuasan fisik, tetapi dalam cara seseorang menjalani hidupnya. Kehidupan yang berlandaskan kebajikan, atau perilaku baik, adalah kunci menuju kebahagiaan yang abadi. Dengan kata lain, Eudaimonia lebih dari sekadar mencapai kebahagiaan emosional; ini tentang mencapai puncak potensi manusia sebagai makhluk moral.

Mengapa Banyak Orang Salah dalam Memahami Kebahagiaan?

Menyingkap Pemikiran Aristoteles dalam Karya-Karya Filsuf Muslim

Dalam masyarakat modern, kebahagiaan sering kali dipahami sebagai pencapaian kenikmatan sesaat—dari hal-hal seperti perjalanan mewah, pencapaian karier, atau bahkan interaksi di media sosial. Namun, Aristoteles memperingatkan bahwa kebahagiaan yang hanya bergantung pada faktor eksternal ini sangat rapuh dan mudah menguap. Orang-orang yang mengejar kebahagiaan sementara ini sering kali merasa hampa setelahnya, karena kebahagiaan sejati tidak dapat diperoleh dari hal-hal eksternal saja.

Aristoteles mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai melalui pengembangan kebajikan dan penerapan nilai-nilai moral yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, orang-orang yang secara eksklusif mengejar hal-hal eksternal mungkin akan merasa kehilangan arah dan tujuan begitu kenikmatan itu berlalu.

Kontribusi Kebajikan terhadap Kebahagiaan Sejati

Eudaimonia dalam pengertian Aristoteles sangat berkaitan dengan konsep kebajikan. Kebajikan bukan hanya sekadar perbuatan baik atau moralitas yang dangkal, melainkan kebiasaan hidup yang benar, yang dibangun dari latihan dan pembelajaran. Bagi Aristoteles, kebajikan adalah inti dari pencapaian kebahagiaan yang sesungguhnya.

Kebajikan ini mencakup berbagai hal, mulai dari keadilan, keberanian, hingga kebijaksanaan. Menjadi pribadi yang adil, bijak, dan berani memampukan seseorang untuk menghadapi tantangan kehidupan dengan cara yang benar, yang pada gilirannya, membawa mereka lebih dekat pada Eudaimonia.

Salah satu contoh praktis dari kebajikan ini adalah bagaimana seseorang dapat menghadapi kesulitan hidup dengan kepala dingin, bertindak dengan kehati-hatian tetapi juga dengan keteguhan hati. Mereka yang telah mengembangkan kebajikan dalam dirinya akan lebih mampu menghadapi cobaan hidup tanpa kehilangan arah, dan inilah yang menurut Aristoteles menjadi dasar dari kebahagiaan sejati.

Eudaimonia sebagai Perjalanan, Bukan Tujuan

Salah satu kesalahpahaman yang sering terjadi ketika orang berbicara tentang kebahagiaan adalah bahwa kebahagiaan dipandang sebagai suatu tujuan akhir yang harus dicapai. Namun, menurut Aristoteles, Eudaimonia bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dalam satu momen tertentu. Ini adalah perjalanan yang berlangsung sepanjang hidup seseorang. Selama kita terus menjalani kehidupan dengan kebajikan, kita terus mendekati Eudaimonia.

Dalam pandangan ini, kebahagiaan bukanlah titik akhir dari pencarian kita, melainkan sesuatu yang kita temukan dalam proses menjalani kehidupan yang baik. Ini adalah perbedaan besar antara pemahaman modern tentang kebahagiaan dan konsep Eudaimonia Aristoteles. Aristoteles menyarankan bahwa kita tidak boleh mengejar kebahagiaan seperti kita mengejar sesuatu yang material, melainkan kita harus fokus pada bagaimana kita hidup, bagaimana kita bertindak, dan bagaimana kita berpikir setiap hari.

Pentingnya Komunitas dalam Eudaimonia

Aristoteles juga menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat dicapai secara terpisah dari orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hubungan yang bermakna dengan orang lain untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. Dalam Eudaimonia, hidup dalam komunitas yang baik, yang diisi oleh orang-orang yang juga berusaha untuk hidup dengan kebajikan, sangat penting.

Aristoteles percaya bahwa kebahagiaan individu tidak dapat dipisahkan dari kebahagiaan komunitas. Sebuah masyarakat yang adil dan berbudi luhur akan mendukung individu-individu yang juga berbudi luhur, dan sebaliknya, individu yang berusaha untuk hidup dengan kebajikan akan memperkuat masyarakat mereka. Ini menciptakan siklus kebajikan yang saling mendukung dan mengarah pada kebahagiaan yang lebih besar bagi semua.

Refleksi Terhadap Kehidupan Modern

Dalam kehidupan modern yang penuh dengan tekanan dan gangguan, teori Eudaimonia Aristoteles bisa menjadi pemandu yang berharga dalam mencari kebahagiaan sejati. Di tengah hiruk-pikuk kesuksesan material dan kepuasan sementara, penting untuk kembali pada nilai-nilai fundamental tentang bagaimana kita hidup dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.

Kebahagiaan sejati tidak dapat dibeli atau dicapai melalui pencapaian duniawi semata. Aristoteles mengingatkan kita bahwa kebahagiaan yang sejati dan abadi hanya dapat ditemukan dalam kehidupan yang dijalani dengan kebajikan. Inilah inti dari Eudaimonia: kebahagiaan yang tidak rapuh, yang tidak bergantung pada situasi eksternal, melainkan dibangun dari dalam diri kita sendiri melalui tindakan, pikiran, dan niat yang benar.