10 Kutipan Terbaik dari Novel "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" Karya Hamka yang Penuh Makna

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
Sumber :
  • Cuplikan Layar

Jakarta, WISATA - "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" adalah salah satu karya sastra paling berpengaruh di Indonesia, ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau lebih dikenal sebagai Buya Hamka. Novel ini tidak hanya menyajikan kisah cinta yang mendalam, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai moral dan filosofi kehidupan. Berikut adalah sepuluh kutipan terbaik dari novel tersebut yang penuh makna:

Ketidakjujuran: Satu-satunya Kejahatan Sejati yang Menghancurkan Dunia

1.     "Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia tak boleh surut palang, meskipun bagaimana besar gelombang."

Kutipan ini menggambarkan semangat juang yang tak kenal lelah, meskipun menghadapi tantangan besar. Pesan ini mengajarkan kita untuk terus berusaha dan tidak mudah menyerah.

10 Kutipan Terbaik dari Crime and Punishment: Pelajaran Hidup dari Fyodor Dostoevsky

2.     "Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis sedu sedan. Tetapi cinta menghidupkan pengharapan, menguatkan hati dalam perjuangan menempuh onak dan duri penghidupan."

Melalui kutipan ini, Hamka menyampaikan bahwa cinta sejati adalah sumber kekuatan dan harapan dalam menghadapi cobaan hidup.

Mengungkap Nilai-Nilai Moral dalam "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" Karya Hamka

3.     "Kerana apabila saya bertemu dengan engkau, maka matamu yg sebagai bintang timur itu sentiasa menghilangkan susun kataku."

Kutipan ini menggambarkan betapa kuatnya pengaruh cinta terhadap seseorang, hingga mampu menghilangkan kata-kata dan membuat hati terpesona.

4.     "Kadang-kadang cinta bersifat tamak dan loba, kadang-kadang was-was dan kadang-kadang putus asa."

Hamka menyadari bahwa cinta tidak selalu indah; terkadang ia membawa perasaan cemas dan putus asa. Kutipan ini mengingatkan kita akan kompleksitas perasaan manusia.

5.     "Dia termenung mengingat untungnya, yang hanya mengecap lazat cinta laksana bayang-bayang dalam mimpi."

Kutipan ini menggambarkan betapa cinta yang tidak terbalas dapat meninggalkan perasaan kosong dan kesepian. Hamka menyampaikan bahwa cinta yang tidak terwujud seringkali hanya menjadi kenangan yang menyakitkan.

6.     "Di belakang kita berdiri satu tugu yang bernama nasib, di sana telah tertulis rol yang akan kita jalani."

Melalui kutipan ini, Hamka mengingatkan kita bahwa nasib telah ditentukan, dan kita harus menerima serta menjalani takdir tersebut dengan ikhlas.

7.     "Pantang pisang berbuah dua kali. Pantang pemuda makan sisa."

Kutipan ini mengandung makna bahwa pemuda harus berusaha mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Hamka menekankan pentingnya kemandirian dan kerja keras dalam mencapai tujuan.

8.     "Supaya engkau mendapat sahabat, hendaklah diri engkau sendiri sanggup menyempurnakan menjadi sahabat orang."

Hamka mengajarkan bahwa untuk mendapatkan sahabat sejati, kita harus terlebih dahulu menjadi sahabat yang baik bagi orang lain. Kutipan ini menekankan pentingnya saling menghargai dan memahami dalam hubungan persahabatan.

9.     "Kecantikan yang abadi terletak pada hati yang bersih dan jiwa yang suci."

Melalui kutipan ini, Hamka menyampaikan bahwa kecantikan sejati tidak terletak pada penampilan fisik, tetapi pada kebersihan hati dan kesucian jiwa. Pesan ini mengingatkan kita untuk menjaga integritas dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari.

10.                        "Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan."

Kutipan ini menegaskan bahwa cinta sejati adalah sumber kekuatan dan keberanian, bukan kelemahan. Hamka mengajak kita untuk melihat cinta sebagai motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Melalui kutipan-kutipan di atas, Hamka tidak hanya menyajikan kisah cinta yang mendalam, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan moral dan filosofi kehidupan yang relevan hingga saat ini. Novel "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" tetap menjadi karya sastra yang patut dibaca dan direnungkan oleh generasi masa kini.