Tidak Bisa Memilih Tempat Lahir, Tapi Bisa Memilih Hidup: Refleksi Filosofis Iwan Simatupang dalam ‘Merahnya Merah’
- Cuplikan Layar
Inspirasi dari Kehidupan Nyata
Kutipan ini tidak hanya berlaku di dalam dunia fiksi. Misalnya, kisah nyata seorang pebisnis muda Indonesia, Nadira Rahmat, yang berasal dari desa terpencil di Sulawesi. Meskipun lahir dari keluarga petani sederhana, ia berhasil mendirikan perusahaan teknologi yang kini memiliki ribuan karyawan. Dalam wawancaranya di kanal YouTube Narasi TV, Nadira mengatakan, “Saya tidak bisa memilih tempat lahir saya, tetapi saya bisa memilih untuk belajar, bekerja keras, dan bermimpi besar.”
Kisah seperti Nadira menunjukkan bagaimana kutipan dari Iwan Simatupang ini tidak hanya relevan dalam konteks sastra, tetapi juga sebagai prinsip hidup bagi banyak orang.
Pesan Sosial dalam ‘Merahnya Merah’
Novel Merahnya Merah juga mengingatkan pembaca tentang ketidaksetaraan sosial yang masih terjadi di masyarakat. Menurut laporan dari Oxfam Indonesia pada tahun 2022, kekayaan 1% orang terkaya di Indonesia setara dengan 45% kekayaan nasional. Ketimpangan ini menciptakan tantangan besar bagi mereka yang lahir dari latar belakang kurang mampu.
Namun, melalui filosofi yang diangkat Iwan, terdapat harapan bahwa dengan pendidikan dan akses yang lebih baik, masyarakat dapat memilih untuk memperbaiki kehidupan mereka. Novel ini seolah menjadi seruan agar setiap individu, meskipun menghadapi tantangan, dapat menggunakan kebebasan mereka untuk memilih hidup yang bermakna.
Relevansi dengan Generasi Muda