Jatuhnya Helikopter Presiden Iran, Ibrahim Raisi, Menyita Perhatian Dunia, Adakah yang Tidak Wajar?

Insiden Jatuhnya Helikopter Presiden Iran
Sumber :
  • tvonews.com

Jakarta, WISATA - Kecelakaan tragis yang menimpa helikopter Presiden Iran, Ibrahim Raisi, telah menarik perhatian berbagai tokoh internasional dan memicu spekulasi luas. Salah satunya adalah komentar dari Michael Maloof, seorang pakar keamanan dan pensiunan analis keamanan senior, yang mempertanyakan kemungkinan keterlibatan intelijen Israel dalam insiden tersebut.

Sahabat Dekat, Putin Cemas Kondisi Presiden Iran Ebrahim Raisi Usai Helikopternya Jatuh

Michael Maloof mengungkapkan keheranannya terkait insiden tersebut, terutama karena hanya satu dari tiga helikopter yang jatuh tanpa ada tanda-tanda darurat. "Ada tiga helikopter terbang berjajar bersamaan, satu tiba-tiba jatuh. Tidak ada mayday. Tidak ada tanda apapun," ujarnya dalam program 'The Critical Hour' pada Senin, 21 Mei 2024.

Spekulasi dan Bantahan

Presiden Iran Kecam Tindakan AS Usai Mahasiswa Dikeluarkan dari Kampus dalam Demo Pro-Palestina

Maloof menyebutkan, jika memang kondisi cuaca berkabut, mengapa dua helikopter lainnya bisa kembali dengan selamat. "Bagaimana mungkin dua helikopter lainnya dapat balik dengan selamat, tapi tidak dengan Presiden?" katanya. Delegasi Raisi, bersama Menteri Luar Negeri, terbang di atas Provinsi Azerbaijan Timur, Iran, yang berbatasan dengan Azerbaijan, sekutu dekat Israel.

Menanggapi spekulasi tersebut, Israel telah dengan tegas membantah keterlibatan dalam kecelakaan helikopter dan kematian Raisi. Namun, Maloof mencatat bahwa Israel memiliki sejarah keterlibatan dalam operasi rahasia di Iran, termasuk pengeboman jaringan pipa dan pembunuhan ilmuwan nuklir. "Ada peristiwa lain yang terjadi di negara-negara Barat, termasuk percobaan pembunuhan terhadap perdana menteri Slowakia, jadi ini tidak terjadi secara terpisah, ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi," tambah Maloof.

Menguak Rahasia Kejeniusan Albert Einstein: Fakta yang Jarang Diketahui Publik!"

Penyelidikan dan Respon Iran

Pada hari yang sama ketika Presiden Iran tewas dalam kecelakaan helikopter, pemerintahan Republik Demokratik Kongo juga mengklaim telah menggagalkan upaya kudeta, dengan 50 orang ditangkap, termasuk tiga warga Amerika. Di Iran, Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, menugaskan delegasi tingkat tinggi untuk menyelidiki kasus jatuhnya helikopter tersebut.

Delegasi yang dipimpin oleh Brigadir Ali Abdollahi telah diberangkatkan ke lokasi kejadian dan mulai melakukan penyelidikan mendalam untuk mencari tahu penyebab kecelakaan yang menewaskan Presiden Ebrahim Raisi beserta tim pendampingnya.

Reaksi di Media Sosial

Di media sosial, insiden ini memicu berbagai spekulasi dan teori konspirasi. Tagar Mossad, merujuk pada badan intelijen Israel, menjadi trending dengan lebih dari 117 ribu postingan, menciptakan gelombang spekulasi global. Banyak yang mengaitkan insiden ini dengan ketegangan yang telah lama berlangsung antara Iran dan Israel, mengingat beberapa bulan sebelumnya, Iran meluncurkan rudal ke arah Israel sebagai balasan terhadap serangan kedutaan besar Iran.

Salah satu desas-desus yang beredar di media sosial adalah bahwa pilot helikopter Presiden Iran adalah agen Mossad bernama Eli Koptar. Namun, laporan ini belum dapat dikonfirmasi dan justru menjadi bahan ejekan di berbagai platform sosial.

Dampak dan Tindakan Selanjutnya

Kecelakaan ini tentu saja mengguncang politik Iran dan menciptakan ketidakstabilan. Pemerintah Iran berkomitmen untuk mengungkap penyebab pasti insiden ini dan menegaskan bahwa semua aspek akan diperiksa secara mendetail. Penyelidikan yang dipimpin oleh Brigadir Ali Abdollahi diharapkan dapat memberikan jawaban yang jelas mengenai penyebab kecelakaan.

Insiden tragis ini juga menjadi pengingat akan ketegangan yang terus berlangsung di kawasan Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Israel. Dengan situasi yang semakin memanas, langkah-langkah diplomatik dan tindakan pengamanan lebih lanjut diharapkan dapat mengurangi risiko konflik lebih lanjut.