SEMARANG: Murah dan Nyaman, BRT Trans Jateng Tetap Jadi Primadona Warga
- jatengprov.go.id
Semarang, WISATA – Di Hari Perhubungan Nasional tanggal 17 September, pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng tetap jadi primadona di kalangan masyarakat di provinsi Jawa Tengah.
BRT Trans Jateng merupakan program pelayanan transportasi umum yang murah dan mudah untuk masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah.
Sejak BRT diluncurkan pada tahun 2017 oleh Gubernur Jateng Periode 2013-2023, Ganjar Pranowo, hingga saat ini, puluhan juta orang telah menjadi pelanggan BRT.
Sementara itu, Kepala Balai Transportasi Jawa Tengah, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah, Agung Pramono mengatakan, saat ini ada tujuh koridor BRT, yaitu Semarang-Bawen, Semarang-Kendal, Purwokerto-Purbalingga, Magelang-Purworejo, Solo-Sragen, Semarang-Grobogan, dan Solo-Wonogiri.
“Dua kalangan penumpang yang paling besar (jumlahnya - red.) yaitu pelajar atau anak-anak sekolah sama buruh. Itu yang paling besar dari semua koridor,” kata Agung. Agung memberi contoh, untuk penumpang pelajar koridor Semarang-Bawen dari tahun 2017-2023 mencapai 1.156.832 orang, buruh 978.330 orang, serta veteran 2.276 orang.
Atau di koridor Purwokerto-Purbalingga di kurun waktu sama, pelajar 1.065.985 orang, buruh 547.609 orang dan veteran 836 orang.
“Kita tahu, mereka (pelajar dan buruh - red.) kan dalam kategori golongan menengah ke bawah. Kayak pelajar belum punya pendapatan, buruh pabrik yang segmennya pekerja keras, yang gajinya masih rata-rata UMR,” jelas Agung.
Apalagi biaya atau tarif bus juga terbilang terjangkau.
Untuk pelajar, buruh dan veteran tarifnya Rp2.000, sementara untuk penumpang umum Rp4.000.
Besaran tarif itu, menurut Agung, lebih hemat dibandingkan bila mereka menggunakan sepeda motor pribadi.
Oleh karenanya, koridor yang ada, diharapkan mampu menunjang aktivitas pelajar dan buruh, termasuk menunjang kegiatan masyarakat lain, seperti ibu yang ke pasar, atau kegiatan lainnya.
Demi kelancaran aktivitas masyarakat, pihaknya berharap adanya kerja sama kabupaten/kota, bisa menyediakan feeder, biar masyarakat bisa menjangkau sampai pelosok.
Sepengetahuannya, feeder telah berjalan di Kota Semarang, namun di daerah masih berbentuk angkutan umum dan sejenisnya.
Sejauh ini, armada BRT Trans Jateng yang tersedia di masing-masing koridor ada 14 unit, kecuali untuk koridor Semarang-Bawen ada 28 unit armada karena termasuk koridor yang padat penumpang.
“Koridor gemuk (padat penumpang - red.), ya koridor Semarang-Bawen. Saat peak bisa 100 persen lebih. Saat off peak, sekitar 70-80 persen. Di kisaran 85 persen,” sambungnya.
Agung menilai, kehadiran BRT untuk memenuhi keinginan masyarakat akan kebutuhan transportasi. Pemerintah pun hadir mengusahakan angkutan umum, terutama bagi masyarakat bukan golongan atas, dengan biaya murah. Selain murah, keberadaan BRT juga mampu mengurangi tingkat pemakaian kendaraan bermotor di jalan raya. Oleh karena itu, BRT Trans Jateng pun hadir dengan biaya yang murah, tapi tetap memperhatikan kenyamanan.
“Itu juga bisa mengurangi kemacetan, mengurangi kecelakaan, polusi. Itu yang kita harapkan,” imbuh Agung.
(Sumber: jatengprov.go.id)