Jumhur Hidayat Pimpin Delegasi Buruh ke Jenewa, Bahas Ancaman Biologis, Pekerja Digital, dan Pekerja Informal
- Handoko/istimewa
Jenewa, Swiss — Suara buruh Indonesia akan bergema di Konferensi Buruh Internasional (International Labour Conference/ILC) yang digelar di Jenewa mulai awal Juni 2025. Delegasi Indonesia, yang tahun ini dipimpin langsung oleh Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Pembaruan, Jumhur Hidayat, akan menjadi representasi perjuangan buruh tanah air dalam panggung global. Agenda ini pun mencetak sejarah: sebanyak 42 pemimpin serikat buruh dari berbagai konfederasi dan federasi turut hadir, menjadikannya delegasi buruh terbesar sepanjang sejarah keikutsertaan Indonesia dalam forum ini.
Jumhur Hidayat dijadwalkan menyampaikan pidato mewakili kaum buruh Indonesia pada Senin, 9 Juni 2025. Dalam keterangannya, ia menyatakan bahwa topik-topik utama konferensi kali ini sangat relevan dengan dinamika perburuhan yang sedang terjadi di Indonesia.
“Ketiga isu yang diangkat sangat menyentuh realitas pekerja Indonesia. Mulai dari bahaya biologis, pekerja digital, hingga formalisasi pekerja informal, semua itu adalah persoalan nyata yang belum tertangani secara optimal di negeri kita,” ujar Jumhur, Senin (2/6/2025).
1. Bahaya Biologis di Tempat Kerja: Ancaman yang Sering Diabaikan
Tema pertama yang dibahas dalam konferensi adalah bahaya biologis di tempat kerja (biological hazard). Menurut Jumhur, ini merupakan isu mendesak bagi Indonesia, terutama bagi tenaga kesehatan, pekerja pertanian, peternakan, dan perkebunan.
Dalam banyak kasus, pekerja sektor-sektor tersebut masih minim perlindungan dari paparan biologis seperti virus, bakteri, dan bahan-bahan patogen lainnya. Tragedi pandemi COVID-19 menjadi cerminan nyata bagaimana para tenaga kesehatan bekerja dalam kondisi penuh risiko tanpa perlindungan yang memadai, terutama di fasilitas kesehatan daerah.
“Di sektor pertanian dan peternakan, pekerja sering bersentuhan langsung dengan hewan ternak, limbah biologis, dan pestisida tanpa alat pelindung diri (APD) standar. Hal ini rawan menimbulkan penyakit zoonosis yang berpotensi menular ke manusia,” jelas Jumhur.