Ayam Goreng Widuran: Kuliner Solo yang Viral Setelah Mencantumkan Label Non-Halal
- IG/ayamgorengwiduran
Solo, WISATA – Kota Solo yang terkenal dengan kuliner khasnya, kembali menjadi sorotan setelah warung legendaris Ayam Goreng Widuran viral di media sosial. Warung yang telah berdiri sejak 1973 ini baru-baru ini mencantumkan label non-halal, memicu berbagai reaksi dari masyarakat.
Ayam Goreng Widuran telah menjadi salah satu destinasi kuliner favorit di Solo. Dengan cita rasa khas dan kremesan yang renyah, warung ini selalu ramai dikunjungi pelanggan. Namun, selama lebih dari 52 tahun, warung ini tidak pernah mencantumkan informasi mengenai status kehalalan produknya.
Kehebohan bermula ketika beberapa pelanggan mengetahui bahwa kremesan ayam goreng di warung ini ternyata menggunakan minyak babi dalam proses pengolahannya. Hal ini menimbulkan kekecewaan, terutama bagi pelanggan Muslim yang selama ini mengira makanan di warung tersebut halal. Setelah mendapat banyak ulasan negatif di Google, pihak manajemen akhirnya memutuskan untuk mencantumkan label non-halal secara jelas di outlet dan media sosial mereka.
Keputusan ini memicu berbagai tanggapan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyayangkan keterlambatan pencantuman label non-halal, menekankan bahwa pelaku usaha seharusnya transparan sejak awal. Sementara itu, pihak Kementerian Agama Solo juga meminta agar restoran dan warung makan lebih terbuka dalam memberikan informasi kepada konsumen.
Dalam pernyataan resminya, manajemen Ayam Goreng Widuran menyampaikan permohonan maaf kepada pelanggan dan berjanji untuk lebih transparan ke depannya. Meski demikian, warung ini tetap ramai dikunjungi, terutama oleh pelanggan non-Muslim yang tidak terpengaruh oleh perubahan label.
Kasus Ayam Goreng Widuran Solo menjadi pelajaran penting bagi pelaku usaha kuliner untuk lebih transparan dalam memberikan informasi kepada konsumen. Kejelasan mengenai status halal atau non-halal suatu produk sangat penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan dan menghindari kesalahpahaman di kemudian hari.