U Mobile dan Transformasi Infrastruktur 5G di Malaysia: Pelajaran Penting bagi Indonesia?
- Pexels
Jika melihat situasi di Indonesia, perjalanan 5G kita masih berada di tahap awal. Laporan GSMA Intelligence mencatat bahwa adopsi 5G di Indonesia masih terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan. Namun, skalabilitasnya menghadapi tantangan besar, mulai dari keterbatasan spektrum hingga biaya investasi yang tinggi.
Indonesia juga menghadapi masalah fragmentasi di antara operator. Tidak adanya model kolaborasi seperti yang dilakukan U Mobile menyebabkan duplikasi investasi. Padahal, dengan berbagi infrastruktur, operator di Indonesia dapat menghemat biaya hingga 30%.
Namun, beberapa inisiatif sudah mulai menunjukkan arah positif. Misalnya, kolaborasi antara Telkomsel dan Huawei dalam membangun ekosistem 5G di sektor industri. Inisiatif seperti ini dapat menjadi batu loncatan untuk mempercepat adopsi 5G di Indonesia.
Potensi Ekonomi 5G
Baik di Malaysia maupun Indonesia, potensi ekonomi dari 5G sangat besar. Di Malaysia, laporan International Data Corporation (IDC) memproyeksikan kontribusi 5G terhadap PDB negara tersebut mencapai RM 20 miliar pada tahun 2030. Sektor manufaktur, kesehatan, dan pendidikan diprediksi menjadi penerima manfaat utama.
Di Indonesia, dampaknya bahkan bisa lebih signifikan. Boston Consulting Group memprediksi bahwa adopsi 5G dapat menambah sekitar USD 10 miliar ke PDB Indonesia pada tahun 2035. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga membuka peluang baru di bidang agrikultur, logistik, dan energi.
Masa Depan 5G di Asia Tenggara