Tidak Bisa Dibayangkan, Apa Jadinya Jika AI Memegang Kendali Keamanan Nuklir Dunia?
- Image Creator/Handoko
Selain itu, penguasaan AI oleh negara besar dapat memperluas kesenjangan teknologi dengan negara-negara berkembang. Dalam konteks keamanan nuklir, ini berarti bahwa negara-negara kecil atau berkembang mungkin merasa terintimidasi dan terpaksa meningkatkan kapasitas militernya, yang pada akhirnya dapat memicu ketidakstabilan global. Tidak hanya itu, penguasaan AI oleh negara tertentu juga dapat memengaruhi perjanjian internasional tentang pengendalian senjata, karena negara-negara tersebut mungkin enggan membatasi teknologi yang memberikan keuntungan strategis.
AI dan Risiko Kesalahan Manusia
Meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi dan kecepatan dalam sistem keamanan nuklir, teknologi ini masih rentan terhadap kesalahan, terutama karena faktor manusia yang terlibat dalam perancangannya. Sistem AI hanya sebaik data yang digunakan untuk melatihnya, sehingga bias atau kekurangan dalam data dapat menghasilkan keputusan yang tidak akurat.
Contoh nyata dari risiko ini adalah insiden selama Perang Dingin, ketika sistem peringatan dini Soviet salah mendeteksi peluncuran rudal oleh Amerika Serikat. Beruntung, seorang perwira Soviet bernama Stanislav Petrov memutuskan untuk tidak melaporkan "serangan" tersebut, menghindari perang nuklir yang menghancurkan. Jika sistem peringatan dini itu sepenuhnya otomatis dan didukung AI, hasilnya mungkin sangat berbeda, karena AI tidak memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan konteks atau membuat keputusan berdasarkan intuisi manusia.
Serangan Siber pada Sistem AI
Salah satu ancaman paling serius yang terkait dengan penggunaan AI dalam keamanan nuklir adalah risiko serangan siber. Sistem berbasis AI rentan terhadap peretasan, di mana aktor jahat dapat mengambil alih atau memanipulasi sistem untuk memicu konflik atau mencuri informasi sensitif. Mengingat bahwa sistem keamanan nuklir adalah target utama dalam perang siber, penguatan keamanan pada teknologi ini menjadi sangat penting.
Serangan siber juga dapat memengaruhi kredibilitas dan kepercayaan pada sistem keamanan nuklir. Jika negara-negara besar kehilangan kepercayaan pada sistem mereka sendiri, ini dapat memicu ketidakstabilan dan meningkatkan risiko kesalahan atau peluncuran senjata nuklir secara tidak sengaja.