Masa Depan Baterai EV: Mengapa Nikel dan Lithium Jadi Emas Baru Industri Otomotif?

Revolusi Mobil Listrik
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan dari emisi kendaraan berbahan bakar fosil, mobil listrik (EV) telah muncul sebagai solusi yang menjanjikan. Namun, di balik kehebatan kendaraan ini terdapat dua logam yang semakin populer: nikel dan lithium. Artikel ini akan membahas mengapa kedua logam ini menjadi "emas baru" dalam industri otomotif, serta dampaknya terhadap pasar global.

AI untuk Semua Orang: Peluang Besar atau Ancaman Mengintai?

Revolusi Mobil Listrik dan Permintaan Baterai

Penjualan mobil listrik mengalami lonjakan yang signifikan, dengan IEA mencatat lebih dari 10 juta unit mobil listrik terjual di seluruh dunia pada tahun 2022. Pertumbuhan ini didorong oleh kebijakan pemerintah yang mendukung penggunaan energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon. Kebutuhan akan baterai yang efisien dan murah menjadi prioritas utama dalam pengembangan EV.

Krisis Ekonomi atau Pilihan Hidup? Generasi Satori Menolak Konsumerisme

Lithium, sebagai komponen utama dalam baterai lithium-ion, menjadi semakin penting. Dengan permintaan yang diperkirakan meningkat hingga 1,3 juta ton pada tahun 2025, lithium telah mendapatkan julukan "emas putih" karena nilai dan permintaannya yang tinggi.

Nikel: Logam Kunci untuk Densitas Energi

Revolusi AI di Dunia Industri: Bagaimana Teknologi Menggantikan Pekerja dan Meningkatkan Efisiensi Secara Drastis

Nikel berfungsi untuk meningkatkan kapasitas dan densitas energi baterai, sehingga memungkinkan kendaraan listrik untuk menempuh jarak yang lebih jauh dengan sekali pengisian daya. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak produsen baterai telah mengalihkan perhatian mereka untuk menggunakan lebih banyak nikel dalam komposisi baterai. Menurut laporan dari McKinsey, sekitar 70% baterai yang digunakan dalam kendaraan listrik diharapkan mengandung nikel pada tahun 2030.

Peningkatan permintaan nikel juga mendorong negara-negara penghasil untuk meningkatkan produksi mereka. Indonesia, sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, memiliki peran penting dalam menyuplai kebutuhan global. Namun, dampak lingkungan dari kegiatan penambangan nikel harus dikelola secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa pertumbuhan ini tidak merugikan ekosistem.

Halaman Selanjutnya
img_title