Dari Spionase ke Ransomware: Evolusi Taktik Kejahatan Siber China
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Dalam beberapa dekade terakhir, China telah muncul sebagai pemain tangguh dalam dunia spionase siber dan kejahatan siber. Dengan kelompok peretas yang canggih dan sering kali terkait dengan operasi yang didukung negara, China terus mengembangkan taktiknya untuk mengikuti perkembangan teknologi yang cepat. Dari aktivitas spionase tradisional hingga penggunaan ransomware, luas dan kompleksitas serangan siber mereka hanya semakin meningkat. Artikel ini akan membahas sejarah, evolusi, dan keadaan terkini dari jaringan kejahatan siber China.
Munculnya Spionase Siber China
Spionase siber, atau pencurian informasi sensitif melalui cara digital, adalah dasar dari operasi siber China. Pada tahun 1990-an dan awal 2000-an, China mulai memanfaatkan peretasan untuk mengumpulkan intelijen tentang pesaing militer dan ekonomi. Kelompok peretas China seperti APT10 dan APT41 (kelompok Ancaman Persisten Tinggi) bertanggung jawab atas pencurian data besar-besaran di seluruh dunia, menargetkan baik entitas pemerintah maupun swasta.
Motivasi mereka awalnya adalah ekonomi — mencuri kekayaan intelektual yang berharga dari perusahaan di sektor-sektor seperti teknologi, farmasi, dan pertahanan. Sebuah laporan dari McAfee dan Center for Strategic and International Studies memperkirakan bahwa kejahatan siber menyebabkan kerugian ekonomi global sekitar $600 miliar per tahun, dengan aktor China berperan signifikan dalam kerugian ini.
Dari Spionase ke Pencurian Komersial
Seiring pertumbuhan ekonomi China, fokus serangan siber beralih dari spionase militer murni ke spionase komersial. Peretas China telah menargetkan perusahaan-perusahaan besar seperti Google, Lockheed Martin, dan Siemens, mencuri teknologi dan rahasia dagang yang bersifat kepemilikan. Informasi ini tidak hanya memberikan China keunggulan kompetitif, tetapi juga memungkinkan perusahaan-perusahaan China untuk melampaui pesaing global di berbagai industri mulai dari telekomunikasi hingga kendaraan listrik.
Salah satu kasus spionase komersial yang paling terkenal adalah serangan yang terkait dengan China terhadap Google pada tahun 2010, dikenal sebagai "Operasi Aurora." Peretas menargetkan kekayaan intelektual Google dan akun email aktivis hak asasi manusia China. Serangan ini menandai titik balik, membawa perhatian luas terhadap ancaman spionase siber China.