INFO HAJI: Tragedi Armuzna di Haji 2023, Kesaksian Seorang Jemaah (Bagian 4 - Muzdalifah)

Jemaah Haji Mabit di Muzdalifah
Sumber :
  • Maman Abdurahman

Jakarta, WISATAMenyambung kesaksian sebelumnya, berikut ini testimoni seorang Jemaah haji Indonesia yang mengalami sendiri apa yang terjadi selama puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina atau Armuzna, Arab Saudi. Simak laporan berikut….

INFO HAJI 2024: Puji Kinerja Petugas, Menag: Tetap Fokus, Urusan Politik, Saya yang Tanggung

 

INFO HAJI 2024: Armuzna Usai, Bus Shalawat Kembali Beroperasi Layani Jemaah Haji, 183 Jemaah Wafat

Saya, istri dan beberapa jemaah haji satu rombongan mendapat tempat duduk bersama. Lokasi kami tidak jauh dari toilet dan dari pintu masuk kami, selepas turun dari bus. Kami menghabiskan malam di Muzdalifah. Awalnya saya berpikiran mabit di Muzdalifah tidak lama. Hanya berhenti sebentar untuk mencari kerikil. Tapi ternyata, selepas tengah malam kami masih berada di Muzdalifah.

 

INFO HAJI 2024: Hari Minggu, Seluruh Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Sudah Berada di Mina

Jemaah Haji Mabit di Muzdalifah

Photo :
  • Maman Abdurahman

 

 

Akhirnya saya dan beberapa jemaah yang menggelar tikar dan karpet di tempat yang sama, tidak kuasa menahan rasa kantuk. Kami pun bergelimpangan. Tas-tas yang berisi pakaian dijadikan bantal, langit Masy’ar jadi atap tidur kami.     

 

Ketika kami terbangun jelang subuh, seorang teman berkomentar.

 

“Kita bener-benar mabit,” katanya untuk menunjukkan betapa kami tidur dengan pulasnya di tengah ribuan bahkan jutaan orang yang berkumpul di sana. Bahkan di tempat kami tidur adalah lokasi hilir mudik jemaah yang mencari kerikil dan jemaah yang ke toilet.    

 

Kami pun menjalankan salat subuh bergantian karena tempat yang sangat sempit. Sebelumnya saya mengambil wudu di tempat yang tidak terlalu jauh dengan antrean yang tidak terlalu panjang. Usai salat, saya membuka tas gemblok pemberian Masyariq, saya buka roti dan memakannya untuk sekedar mengganjal perut yang mulai kosong. Sampai saat itu, saya dan juga, saya kira, jemaah yang bersama kami, merasa heran mengapa kami masih berada di Muzdalifah. Padahal pagi mulai menyingsing dan fajar mulai mengintip di balik bukit. 

 

Jemaah Haji Mabit di Muzdalifah

Photo :
  • Maman Abdurahman

 

 

Saya berpikir, proses pengangkutan jemaah dari Muzdalifah tengah berlangsung sesuai dengan kloter dan rombongannya. Awalnya saya berpikir pengangkutan jemaah dari Muzdalifah hanya dari satu tempat yaitu di depan kami. Kami hanya menunggu giliran saja, tidak perlu berdesakan memburu bus.

 

Tapi ketika matahari semakin menunjukan sinarnya, saya dan jemaah lainnya mulai bertanya-tanya. Sudah kloter berapa yang sudah diangkut ke Mina? Tidak mendapat jawaban yang pasti. Apalagi selain di depan kami, pintu tempat awal kami turun, juga ada bus yang mengangkut jemaah.

 

Bahkan beredar informasi atau mungkin juga dugaan, bahwa bus pengangkutan jemaah ke Mina dari tempat kami turun semalam, hanya untuk jemaah kelompok bimbingan ibadah haji dan umrah (KBIHU) yang sudah bekerjasama dengan pihak Masyariq. Tentu ini semakin membuat kami bingung.

 

Akhirnya kami berkemas dan menuju bus pengangkutan dari pintu tempat kami masuk semalam. Saat itu jalan ke arah pintu tersebut sudah padat dan berdesakan. Sementara sinar matahari sudah mulai menggigit. Dengan kedua tangan menjinjing tas dan satu lagi tas gemblok yang menggelayut di punggung, saya terus merangsek keluar. 

 

Sempat ada jemaah perempuan yang tidak tahan menahan amarahnya. Dia marah-marah karena merasa didorong oleh jemaah laki-laki. Kondisi sudah mulai panas. Keringat sudah bercucuran. Sementara bus yang kami harapkan dating, belum juga terlihat spionnya. Jemaah yang lain mengingatkan bahwa kita masih dalam keadaan ihram, tolong jaga emosi. Semua ingin cepat naik bus, sampai ke Mina dan beristirahat.

 

Jemaah Haji Mabit di Muzdalifah

Photo :
  • Maman Abdurahman

 

 

Sejumlah jemaah, kebanyakan Kloter 6,  berhasil keluar dari area Muzdalifah. Kami berada di pinggir jalan, bersiap menaiki bus ke arah Mina. Tapi bus 43 yang kami tunggu, tidak kunjung datang. Kalau pun ada bus dating, kondisinya sudah penuh sehingga tidak berhenti di tempat kami menunggu.  Jemaah semakin luber ke jalan, karena terdorong oleh jemaah yang keluar. Petugas transportasi marah-marah menghalau jemaah agar tidak sampai masuk ke jalan. Alasannya, bus tidak mau berhenti kalau jemaah masuk jalan.  Diperkirakan dua jam lebih, kami tertahan menunggu bus.

 

Setelah menunggu lama, para petugas dari Masyariq mencoba memberhentikan bus yang ke arah Mina meskipun bukan bus 43, maktab kami. Sempat terjadi ketegangan antara petugas dengan para sopir itu. Di Muzdalifah, terihat masih banyak jemaah haji yang belum terangkut ke Mina. Sementara matahari semakin tinggi dan semakin terasa gigitannya. Keringat pun semakin deras mengucur. Diperkirakan sekitar jam 7.30 waktu itu. Suasana saat itu terlihat kacau. 

 

Akhirnya ada bus yang berhasil dihalau petugas dan diminta untuk mengantar jemaah ke maktab 43. Kami pun berebut masuk bus tersebut. Saya berhasil masuk bus, sementara istri saya dan sejumlah jemaah rombongan kami tidak. Kami terpisah. 

 

Jemaah Haji Mabit di Muzdalifah

Photo :
  • Maman Abdurahman

 

 

Akhirnya saya dan sejumlah jemaah rombongan kami, berhasil sampai ke maktab 43 di Mina dan langsung menuju tenda yang telah disiapkan untuk rombongan kami. Sejumlah jemaah sudah berada di sana. Saat kami masuk tenda, kondisi tenda sudah penuh sesak.  Tenda kami berukuran kecil untuk jemaah sekitar 90 orang. Sementara kasur yang tersedia hanya sebanyak 60. Sangat, sangat  tidak memadai.  

 

Kasur-kasur ditata berjejer. Kami, rombongan kami satu tenda dengan rombongan dari kecamatan lain. Dalam tenda ini dicampur antara jemaah haji laki-laki dan jemaah haji perempuan. Kami menempati tenda ini selama tiga hari dua malam dengan kondisi umpel-umpelan