Inisiatif Global untuk Membangun Ekosistem AI yang Inklusif dan Adil
- Handoko/Istimewa
Mengatasi Ketimpangan Keterampilan dan Penggunaan AI
Selain infrastruktur, masalah besar lainnya adalah keterbatasan keterampilan di negara-negara berkembang. Tanpa pendidikan dan pelatihan yang memadai, banyak masyarakat di negara-negara ini tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan AI secara efektif. Ini menciptakan ketimpangan dalam penggunaan AI, di mana hanya sebagian kecil populasi yang dapat menikmati manfaatnya.
Program-program seperti Digital Talent Scholarship (DTS) yang diinisiasi oleh pemerintah Indonesia bertujuan untuk mengatasi tantangan ini dengan meningkatkan kompetensi talenta digital di bidang AI. Namun, Nezar Patria menggarisbawahi bahwa upaya ini perlu didukung dengan kebijakan yang komprehensif dan investasi yang berkelanjutan untuk menciptakan ekosistem AI yang inklusif dan adil.
Etika dan Kepercayaan dalam Pengembangan AI
Di samping ketimpangan dalam akses dan keterampilan, masalah etika juga menjadi perhatian utama dalam pengembangan AI. Algoritma AI yang bias dapat menghasilkan keputusan yang diskriminatif, merugikan kelompok marginal, dan memperparah ketidakadilan sosial yang sudah ada. Oleh karena itu, Nezar Patria menekankan pentingnya mengembangkan AI yang aman, etis, dan dapat dipercaya.
Untuk itu, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran Etika Kecerdasan Artifisial yang menetapkan prinsip-prinsip inklusivitas, transparansi, dan kemanusiaan dalam penggunaan AI. Panduan ini dirancang untuk memastikan bahwa teknologi AI yang dikembangkan di Indonesia mematuhi standar etika yang ketat, sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua masyarakat, tanpa diskriminasi.
Langkah-Langkah Konkret Menuju Inklusi Teknologi