Absolutisme vs Relativisme: Membongkar Perseteruan Pemikiran Socrates dan Kaum Sophis
- Handoko/Istimewa
Di sisi lain, Socrates, salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah filsafat, menolak keras gagasan relativisme yang dipromosikan oleh kaum Sophis. Socrates meyakini bahwa ada kebenaran universal yang bisa dicapai melalui penalaran dan refleksi kritis. Dalam pandangannya, kebajikan bukanlah sesuatu yang bisa berubah sesuai situasi atau kehendak individu, melainkan sesuatu yang objektif dan abadi.
Socrates percaya bahwa untuk mencapai kebahagiaan dan menjalani kehidupan yang bermakna, seseorang harus berusaha untuk memahami kebajikan dan hidup selaras dengan prinsip-prinsip moral yang benar. Kebenaran tidak bisa hanya ditentukan oleh pendapat atau persepsi subjektif; sebaliknya, harus ditemukan melalui proses dialog dan pencarian intelektual yang mendalam.
Metode Socrates untuk mencapai kebenaran ini dikenal sebagai metode dialektika atau metode Socratic. Dalam percakapan dengan orang-orang di sekitarnya, Socrates akan terus mengajukan pertanyaan untuk menggali asumsi-asumsi yang mendasari keyakinan mereka. Ia percaya bahwa dengan menguji dan mempertanyakan keyakinan seseorang, kita dapat mengungkap kebenaran yang lebih dalam dan lebih objektif.
Perdebatan Filsafat: Socrates vs Kaum Sophis
Perdebatan antara Socrates dan kaum Sophis bukanlah sekadar perselisihan intelektual, tetapi juga pertempuran atas bagaimana masyarakat harus diatur dan apa yang menjadi dasar moralitas. Socrates, dengan pendekatan dialektiknya, menantang kaum Sophis yang sering kali memanipulasi argumen untuk tujuan yang bersifat praktis atau politis. Sementara kaum Sophis mengajarkan bahwa retorika dan persuasi dapat digunakan untuk mencapai kekuasaan atau keuntungan pribadi, Socrates menegaskan bahwa pencarian kebenaran adalah tujuan utama filsafat.
Salah satu contoh paling terkenal dari perdebatan ini adalah dialog "Gorgias" karya Plato, yang menampilkan Socrates berdebat dengan Gorgias, seorang tokoh Sophis. Dalam dialog ini, Socrates mengecam pandangan Sophis bahwa kekuasaan dan keberhasilan retorika adalah yang terpenting, dan menegaskan bahwa kebenaran dan kebajikan adalah tujuan yang lebih tinggi.
Bagi Socrates, relativisme kaum Sophis adalah ancaman bagi tatanan sosial dan etika masyarakat. Jika kebenaran hanya ditentukan oleh individu atau kelompok tertentu, maka tidak ada dasar yang kuat untuk menegakkan keadilan atau menjalani kehidupan yang bermoral. Sebaliknya, dengan berpegang pada prinsip absolutisme, Socrates percaya bahwa ada standar moral yang berlaku bagi semua orang, terlepas dari latar belakang atau kondisi mereka.