Plato: "Keadilan adalah Keteraturan dan Harmoni dalam Jiwa dan Masyarakat"

Plato
Sumber :
  • History

Jakarta, WISATA - Plato, seorang filsuf besar Yunani kuno dan murid dari Socrates, adalah salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Barat. Salah satu konsep utama yang dibahas dalam karyanya adalah keadilan. Dalam pandangan Plato, keadilan bukan hanya tentang tindakan eksternal atau hukum, tetapi juga tentang keteraturan dan harmoni dalam jiwa individu dan dalam struktur masyarakat. Artikel ini akan menguraikan pandangan Plato tentang keadilan serta relevansinya dalam konteks modern.

Begini Perspektif dan konsepsi Para Filsuf Muslim tentang Keadilan

Plato dan Keadilan dalam "Republik"

Plato menguraikan pandangannya tentang keadilan dalam dialognya yang terkenal, "Republik". Dalam karya ini, Plato, melalui tokoh Socrates, mengeksplorasi apa itu keadilan dan bagaimana keadilan dapat diwujudkan dalam masyarakat. Dia menggambarkan keadilan sebagai kondisi di mana setiap bagian dari masyarakat dan setiap bagian dari jiwa manusia berfungsi sesuai dengan perannya.

Plato: "Keadilan Tidak Berasal dari Hukum, tetapi dari Watak Manusia"

Dalam "Republik", Plato membagi masyarakat menjadi tiga kelas: produsen (petani, pengrajin, dan pedagang), penjaga (tentara), dan penguasa (filosof raja). Setiap kelas memiliki fungsi dan peran tertentu yang harus dijalankan untuk mencapai keadilan dalam masyarakat. Keadilan terjadi ketika setiap kelas melakukan pekerjaannya tanpa mencampuri pekerjaan kelas lain, menciptakan keteraturan dan harmoni.

Keadilan dalam Jiwa Menurut Plato

Plato: "Keadilan Berarti Melakukan Tugas Anda dan Tidak Mencampuri Urusan Orang Lain"

Tidak hanya dalam masyarakat, Plato juga memandang keadilan sebagai keteraturan dan harmoni dalam jiwa individu. Dia membagi jiwa manusia menjadi tiga bagian: rasional, emosional, dan keinginan. Bagian rasional bertugas untuk berpikir dan membuat keputusan yang bijaksana, bagian emosional mendukung keberanian dan kekuatan moral, sedangkan bagian keinginan bertanggung jawab atas hasrat dan kebutuhan fisik.

Keadilan dalam jiwa tercapai ketika bagian rasional mengendalikan dua bagian lainnya, memastikan bahwa tindakan seseorang didasarkan pada pengetahuan dan kebijaksanaan. Ketika setiap bagian dari jiwa berfungsi sesuai dengan perannya, terciptalah harmoni dan keteraturan dalam diri individu.

Halaman Selanjutnya
img_title