Mengapa Wisata JOMO dan Stoikisme Bisa Menjadi Antitesis Gaya Hidup FOMO. Ini Alasannya

JOMO Tren Wisata Baru Antitesis FOMO
Sumber :
  • Image Creator bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Gaya hidup digital yang serba cepat dan penuh tekanan telah melahirkan berbagai fenomena baru, salah satunya adalah FOMO (Fear of Missing Out). Kondisi ini menggambarkan ketakutan akan ketinggalan informasi, tren, atau kesempatan yang membuat seseorang terus terpaku pada media sosial. Namun, di tengah hiruk-pikuk FOMO, tren baru bernama JOMO (Joy of Missing Out) muncul sebagai antitesis yang menenangkan. Wisata JOMO, yang terinspirasi dari filosofi Stoikisme, menawarkan solusi yang mendalam dan relevan untuk generasi modern.

Stoikisme, sebuah filosofi Yunani kuno, menekankan pentingnya menerima keadaan dan fokus pada hal-hal yang berada dalam kendali kita. Dalam konteks wisata JOMO, prinsip ini diterapkan dengan cara menikmati momen tanpa terganggu oleh hiruk-pikuk dunia luar. Bayangkan meluangkan waktu di sebuah tempat terpencil, tanpa sinyal internet, hanya dikelilingi alam dan ketenangan. Aktivitas seperti ini bukan hanya memberikan ketenangan mental tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya hidup sederhana.

Seiring waktu, semakin banyak orang menyadari dampak negatif dari FOMO terhadap kesehatan mental. Ketergantungan pada media sosial sering kali membuat seseorang merasa tidak cukup, membandingkan hidup mereka dengan orang lain, dan kehilangan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Di sinilah JOMO hadir untuk memberikan perspektif baru. Alih-alih merasa takut tertinggal, JOMO mendorong orang untuk menikmati momen-momen sederhana dan menerima keadaan apa adanya.

Wisata JOMO tidak hanya bermanfaat secara individu tetapi juga mengajak kita untuk menghargai alam. Ketika kita memutuskan untuk keluar dari rutinitas digital dan berlibur ke tempat-tempat yang mendukung konsep JOMO, seperti pedesaan, hutan, atau pantai terpencil, kita secara tidak langsung berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Wisata ini biasanya melibatkan kegiatan yang ramah lingkungan, seperti trekking, meditasi, atau bahkan sekadar menikmati pemandangan alam.

Filosofi Stoikisme dan JOMO juga memberikan pelajaran penting tentang prioritas. Kita diajak untuk memisahkan antara apa yang benar-benar penting dan apa yang sebenarnya hanya gangguan sementara. Dalam dunia yang penuh dengan distraksi, kemampuan untuk fokus pada hal-hal mendasar menjadi keterampilan yang sangat berharga.

JOMO dan Stoikisme menawarkan keseimbangan yang dibutuhkan oleh generasi modern. Ketika FOMO memicu kecemasan dan ketidakpuasan, JOMO justru mendorong rasa syukur dan kedamaian. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Stoikisme ke dalam wisata JOMO, kita tidak hanya menemukan ketenangan tetapi juga memahami esensi sejati dari kebahagiaan.