JOMO, Tren Wisata Baru, Mengusung Kebahagiaan di Balik Kesendirian, Antitesis dari FOMO

JOMO Tren Wisata Baru Antitesis FOMO
Sumber :
  • Image creator Bing/Handoko

Malang, WISATA - Di tengah gempuran perkembangan teknologi dan hiruk-pikuk kehidupan sosial, muncul tren wisata baru yang berfokus pada ketenangan dan kepuasan pribadi: wisata JOMO atau Joy of Missing Out. Berbeda dari FOMO (Fear of Missing Out) yang menekankan rasa takut tertinggal, JOMO menawarkan konsep berwisata yang mengajak para pelancong untuk menikmati keindahan kesendirian, mengurangi kecemasan sosial, dan melepaskan diri dari tekanan untuk selalu terlibat dalam kegiatan populer atau tren yang ramai di media sosial. Sebagai antitesis dari FOMO, JOMO tidak hanya membawa perubahan dalam cara pandang terhadap perjalanan wisata, namun juga menjadi cerminan dari kebutuhan masyarakat akan ketenangan di tengah kehidupan yang semakin digital.

Apa Itu Wisata JOMO?

JOMO merupakan istilah yang merujuk pada kebahagiaan seseorang dalam memilih untuk tidak selalu mengikuti arus, terutama dalam hal aktivitas sosial yang seringkali dipengaruhi oleh media sosial. Dalam konteks wisata, JOMO mendorong orang untuk berlibur ke tempat-tempat yang jauh dari keramaian, tidak bergantung pada teknologi, dan memberi ruang untuk menikmati suasana alam atau kesendirian. Tujuannya adalah untuk menciptakan momen refleksi, relaksasi, serta hubungan yang lebih dalam dengan diri sendiri tanpa gangguan eksternal seperti notifikasi atau tren digital.

Contoh destinasi wisata yang mendukung konsep JOMO ini misalnya vila terpencil di pegunungan, kabin di tengah hutan, atau pantai tersembunyi yang jauh dari akses umum. Lokasi-lokasi ini memungkinkan pelancong untuk benar-benar tenggelam dalam pengalaman pribadi tanpa harus memikirkan konten media sosial atau merasa tertinggal dari perkembangan terbaru.

Mengapa JOMO Menjadi Tren?

Di era modern, di mana media sosial memberikan pengaruh besar terhadap gaya hidup dan pilihan berlibur, banyak orang merasa terbebani oleh rasa harus selalu “terhubung” dan menunjukkan aktivitasnya. FOMO muncul karena media sosial membuat banyak orang merasa bahwa hidup orang lain lebih menarik dan menyenangkan, sehingga mereka merasa perlu terus aktif dan mengikuti berbagai kegiatan agar tidak ketinggalan. Dampaknya, banyak orang yang akhirnya merasa lelah secara emosional dan membutuhkan ruang untuk melepaskan diri dari tuntutan sosial tersebut.

Dalam hal ini, wisata JOMO hadir sebagai jawaban bagi mereka yang mencari kedamaian dan ingin menghindari tekanan sosial yang diciptakan oleh FOMO. Dengan menikmati perjalanan tanpa terganggu oleh tren atau keinginan untuk membagikan setiap momen, wisatawan JOMO dapat merasakan manfaat kesehatan mental yang lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa menjauh dari media sosial atau aktivitas yang penuh tekanan bisa membantu mengurangi kecemasan, meningkatkan kebahagiaan, dan mengembalikan keseimbangan emosional.