Aristoteles dan Konsep Realisme dalam Filsafat Barat: Akar Pemikiran Modern dari Sang Filsuf Yunani

Aristoteles
Aristoteles
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA - Dalam sejarah panjang filsafat Barat, hanya sedikit tokoh yang memiliki pengaruh sebesar Aristoteles. Filsuf besar dari Yunani Kuno ini tidak hanya menjadi penopang utama ilmu pengetahuan klasik, tetapi juga perintis utama konsep realisme dalam filsafat Barat. Realisme Aristoteles bukan sekadar pandangan filosofis, melainkan dasar bagi pemikiran ilmiah, pendidikan, etika, hingga politik modern.

Latar Belakang Lahirnya Konsep Realisme Aristotelian

Aristoteles hidup di masa ketika filsafat masih didominasi oleh pemikiran idealisme Plato. Berbeda dengan gurunya yang percaya bahwa dunia nyata hanya bayangan dari dunia ide yang sempurna, Aristoteles justru menekankan pentingnya dunia nyata sebagai sumber utama pengetahuan. Bagi Aristoteles, segala sesuatu dapat dipahami melalui pengamatan dan pengalaman inderawi, bukan sekadar spekulasi metafisik.

Dari sinilah lahir konsep realisme: keyakinan bahwa dunia nyata benar-benar ada dan dapat diketahui secara objektif. Dunia bukan ilusi, melainkan kenyataan yang bisa dipelajari dan dijelaskan dengan rasio dan logika.

Hakikat Benda dan Substansi

Salah satu gagasan kunci dari realisme Aristoteles adalah konsep "substansi" (ousia). Ia menyatakan bahwa setiap objek di dunia ini terdiri dari bentuk (form) dan materi (matter). Berbeda dari Plato yang memisahkan dunia ide dan dunia benda, Aristoteles justru memadukan keduanya dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Misalnya, sebuah pohon bukan hanya kumpulan materi, tetapi juga memiliki bentuk yang menjadikannya “pohon”. Bentuk ini bukanlah entitas terpisah di dunia ide, melainkan aktualisasi dari potensi materi. Dengan pemahaman ini, Aristoteles menegaskan bahwa realitas bersifat konkret dan dapat dipahami melalui logika sistematis.