“Saya percaya pada Tuhan Spinoza, yang menyingkapkan dirinya dalam harmoni segala sesuatu yang ada.” — Albert Einstein

- Image Creator/Handoko
Dalam dunia yang semakin kompleks, banyak orang merasa tercerabut dari makna dan keajaiban hidup. Pandangan Einstein dapat menjadi penawar. Ia menunjukkan bahwa sains tidak harus kering dan kaku, tetapi justru bisa menjadi sumber rasa takjub — bahkan spiritualitas.
Ketika kita memahami bahwa bintang-bintang terbentuk dari unsur yang sama dengan tubuh manusia, ketika kita menyadari bahwa hukum gravitasi berlaku sejak milyaran tahun lalu tanpa pernah berubah — bukankah itu bentuk keajaiban yang sejati?
Kesimpulan: Tuhan Spinoza sebagai Jalan Tengah Pemahaman
Albert Einstein tidak berbicara soal iman dalam arti tradisional, tetapi ia menunjukkan bahwa dalam setiap rumus, setiap teori, dan setiap misteri semesta, ada jejak ketuhanan. Dan itulah yang ia maksud dengan Tuhan Spinoza: sebuah kekuatan yang hadir dalam keteraturan, hukum, dan harmoni semesta.
Di dunia yang sering kali terpecah antara dogma dan data, pernyataan Einstein ini menjadi jembatan: bahwa sains tidak harus menghapus rasa hormat pada alam semesta, dan agama tidak harus menolak pencarian ilmiah.
Kita tidak perlu memilih antara keajaiban atau kebenaran ilmiah — karena keduanya bisa berjalan berdampingan, sebagaimana Tuhan dan semesta menyatu dalam harmoni.