Seneca: Memberi dengan Ikhlas, Menerima dengan Syukur

- Cuplikan layar
Syukur melindungi kita dari keserakahan, dari dorongan untuk terus merasa kurang. Dengan bersyukur, kita belajar melihat bahwa hidup ini telah banyak memberikan kepada kita, sering kali lebih dari yang kita sadari.
Memberi dan Menerima adalah Jalan Dua Arah
Seneca juga menunjukkan bahwa proses memberi dan menerima adalah hubungan timbal balik yang seimbang, bukan transaksional. Ketika seseorang memberi dengan ikhlas, dan yang menerima membalasnya dengan syukur, maka hubungan itu akan tumbuh dalam rasa saling percaya dan penghormatan.
Ia menulis, “Kita harus memberi sebagaimana kita ingin menerima—dengan suka cita, cepat, dan tanpa penyesalan.” Prinsip ini menekankan bahwa keindahan dalam memberi dan menerima terletak pada kebajikan batin, bukan pada materialnya.
Relevansi dalam Dunia Modern
Ajaran Seneca ini sangat relevan di tengah masyarakat yang kerap menilai kebaikan berdasarkan nominal atau balasan yang diterima. Di era digital yang sarat pencitraan dan ekspektasi, kita diajak untuk kembali kepada esensi: bahwa memberi adalah tentang keikhlasan, dan menerima adalah tentang kerendahan hati.
Kita bisa menerapkannya dalam banyak aspek: saat memberi bantuan kepada teman, menyumbang ke komunitas, atau sekadar menawarkan waktu dan perhatian kepada orang-orang di sekitar. Memberi bukan tentang apa yang hilang dari kita, tetapi tentang apa yang tumbuh karena kita berbagi.