Seneca: Banyak Kenalan Tapi Tak Punya Teman? Inilah Pelajaran dari Filsuf Stoik

- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA — Di era globalisasi yang memudahkan siapa saja bepergian lintas negara dan terhubung secara digital ke seluruh dunia, kutipan filsuf Romawi kuno, Seneca, terasa semakin relevan:
“Everywhere is nowhere. When a person spends all his time in foreign travel, he ends by having many acquaintances, but no friends.”
Melalui ungkapan ini, Seneca menyoroti paradoks zaman modern bahkan sejak ribuan tahun lalu: semakin luas dunia yang kita jelajahi, semakin dangkal ikatan yang mungkin kita miliki. Di balik peta perjalanan yang penuh warna dan daftar kenalan dari berbagai budaya, bisa jadi kita justru kehilangan esensi keintiman dalam hubungan manusia — persahabatan sejati
Ketika Mobilitas Tak Selalu Berarti Kedekatan
Hari ini, banyak orang bangga menjadi “warga dunia.” Mereka pernah tinggal di banyak negara, bekerja dari berbagai zona waktu, dan memiliki kontak dari berbagai belahan bumi. Namun, sebagaimana dikatakan Seneca, ini bisa menjadi jebakan identitas yang superfisial: banyak kenalan, tapi tanpa hubungan yang mendalam.
Apa yang salah?
Seneca tidak menentang perjalanan atau pengalaman lintas budaya. Tapi ia menyoroti satu hal penting: kestabilan dan kedalaman dalam hubungan tidak bisa dibangun tanpa waktu, kehadiran, dan keterlibatan emosional yang konsisten.
Persahabatan Butuh Akar, Bukan Sekadar Persimpangan
Bayangkan sebuah tanaman. Ia tidak akan tumbuh kuat jika setiap minggu dipindahkan ke tanah baru. Akarnya tak sempat menghujam, batangnya rapuh. Begitu pula persahabatan.
Seneca percaya bahwa relasi sejati tumbuh melalui konsistensi dan kedekatan jangka panjang, bukan sekadar interaksi sesaat di banyak tempat.