Kepemimpinan Bukan Tentang Dunia Sempurna, Tapi Tentang Bekerja Cerdas dengan Kenyataan

- Image Creator Bing/Handoko
Studi Kasus: Krisis dan Ketangguhan
Selama pandemi COVID-19, banyak pemimpin di seluruh dunia terpaksa membuat keputusan sulit. Mereka tidak punya data lengkap, situasi berubah setiap hari, dan tekanan publik sangat tinggi. Namun, mereka tidak bisa menunggu semuanya menjadi jelas. Mereka harus bertindak—mengatur ulang kebijakan kesehatan, menyelamatkan ekonomi, dan menjaga ketertiban sosial. Keputusan mereka mungkin tidak sempurna, tetapi keberanian mereka untuk bertindak dalam ketidakpastian itulah yang menyelamatkan jutaan jiwa.
Pelajaran dari sini: kesempurnaan bukanlah syarat kepemimpinan. Justru keberanian menghadapi ketidaksempurnaanlah yang menjadikan seseorang pemimpin sejati.
Kepemimpinan di Indonesia dan Tantangan Inklusivitas
Di Indonesia, tantangan serupa juga terlihat jelas. Negara ini besar, majemuk, dan penuh kompleksitas. Tidak ada satu kebijakan pun yang bisa menyenangkan semua pihak. Namun, para pemimpin—baik di pusat maupun daerah—dituntut untuk terus bergerak.
Dalam konteks pembangunan teknologi nasional, misalnya, pemerintah dan industri harus bekerjasama dengan komunitas, UMKM, dan akademisi yang punya latar belakang berbeda. Ini bukan tugas mudah. Tapi menunggu semua pihak punya visi yang sama sebelum bertindak hanya akan memperlambat kemajuan.
Oleh karena itu, seperti kata Marcus, pemimpin harus bekerja cerdas dengan apa yang tersedia. Tidak menunggu dunia ideal, tapi membentuk realitas baru dari potensi yang ada.