Rahasia Kehidupan Produktif: Massimo Pigliucci Tekankan Pentingnya Fokus pada Usaha, Bukan Hasil

- Cuplikan layar
Malang, WISATA – “Fokuslah pada usaha, bukan hasil akhir.” Demikian pesan mendalam dari Massimo Pigliucci, seorang filsuf kontemporer yang menghidupkan kembali semangat Stoikisme dalam kehidupan modern. Di tengah dunia yang serba cepat dan hasil-oriented seperti sekarang, kalimat ini seolah menjadi penyeimbang yang menenangkan. Pigliucci mengingatkan kita akan esensi kehidupan yang sering terlupakan: bahwa proses jauh lebih penting daripada pencapaian itu sendiri.
Bagi banyak orang, keberhasilan kerap diukur berdasarkan capaian: nilai tinggi, jabatan mentereng, saldo rekening yang menggemukkan, atau jumlah pengikut di media sosial. Namun, filsafat Stoik, yang digali ulang oleh Pigliucci, justru menantang cara pandang itu. Dalam Stoikisme, keberhasilan sejati adalah ketika seseorang dapat menjalani hidup dengan kebajikan, konsistensi, dan integritas, tanpa terobsesi pada hasil akhir yang tak selalu bisa dikendalikan.
Mengapa Kita Terjebak pada Hasil?
Budaya performa dan pencapaian yang tumbuh di masyarakat saat ini telah memupuk obsesi terhadap hasil. Sejak usia sekolah, anak-anak diajarkan untuk fokus pada nilai ujian, bukan pada proses belajar. Di dunia kerja, produktivitas sering kali diukur lewat target angka, bukan lewat kualitas kontribusi atau pertumbuhan personal. Bahkan dalam kehidupan spiritual sekalipun, tak sedikit yang menghitung “keberhasilan” lewat popularitas, bukan kedalaman makna.
Obsesi terhadap hasil menyebabkan berbagai dampak psikologis: stres, kelelahan mental, dan rasa gagal yang mendalam ketika target tidak tercapai. Akibatnya, banyak orang merasa kehilangan makna dalam keseharian mereka karena menganggap setiap usaha sia-sia jika tidak membuahkan hasil yang konkret.
Stoikisme: Jalan Menuju Ketenteraman Batin
Stoikisme mengajarkan untuk memfokuskan perhatian pada hal-hal yang berada dalam kendali kita. Dan salah satu hal yang sepenuhnya bisa kita kendalikan adalah usaha kita sendiri: niat, komitmen, etos kerja, dan proses yang kita jalani setiap hari.
Massimo Pigliucci, dalam berbagai bukunya seperti How to Be a Stoic dan The Quest for Character, menyatakan bahwa hidup dengan cara Stoik berarti melepaskan ekspektasi berlebihan terhadap hasil, dan menggantinya dengan perhatian terhadap tindakan yang benar dan konsisten.
Ketika seseorang terlalu fokus pada hasil, maka ia mudah kecewa, mudah goyah oleh pendapat orang lain, dan sering merasa tidak cukup. Sebaliknya, mereka yang fokus pada usaha akan memiliki ketenangan batin karena tahu bahwa mereka telah melakukan yang terbaik sesuai kemampuannya.
Contoh Nyata dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Di Dunia Pendidikan
Seorang pelajar yang hanya mengejar nilai mungkin akan menghalalkan segala cara, bahkan menyontek. Namun, pelajar yang fokus pada proses belajar akan memahami makna ilmu, membentuk pola pikir kritis, dan akhirnya menjadi pembelajar sejati.
2. Dalam Karier dan Bisnis
Seorang karyawan yang hanya mengejar promosi akan mudah frustrasi jika tidak segera mendapat pengakuan. Tapi mereka yang mencintai pekerjaannya, bekerja dengan integritas, dan fokus pada proses, justru sering kali menjadi pribadi yang paling dihargai dalam jangka panjang.
3. Dalam Hubungan Pribadi
Hubungan yang sehat bukan tentang hasil seperti pernikahan yang “sempurna”, melainkan tentang usaha berkelanjutan: mendengarkan, memahami, dan saling mendukung satu sama lain setiap hari.
4. Dalam Kesehatan Mental dan Fisik
Banyak orang ingin hasil instan dalam menurunkan berat badan atau membangun kebugaran. Padahal, yang terpenting adalah rutinitas sehat yang dilakukan secara konsisten. Fokus pada proses olahraga harian, pola makan, dan tidur yang cukup jauh lebih berkelanjutan daripada mengejar target angka semata.
Filosofi Pigliucci: Proses sebagai Kemenangan
Massimo Pigliucci menekankan bahwa dalam dunia yang tidak pasti ini, hanya tindakan kitalah yang benar-benar bisa kita kontrol. Kita tak bisa mengendalikan apakah bisnis kita akan sukses, apakah tulisan kita akan dibaca banyak orang, atau apakah orang lain akan menghargai kerja keras kita. Tapi kita bisa memilih untuk bangun pagi, belajar, bekerja dengan sungguh-sungguh, dan menjalani hidup dengan prinsip.
Dalam konteks ini, usaha bukanlah sekadar sarana menuju tujuan, tetapi tujuan itu sendiri. Ketika kita belajar mencintai proses, kita akan mengalami bentuk kebebasan yang langka: kebebasan dari tekanan hasil, dari ekspektasi sosial, dan dari kecemasan masa depan.
Penguatan dari Psikologi Modern
Pandangan Pigliucci ini didukung oleh banyak penelitian psikologis. Konsep growth mindset yang dipopulerkan oleh Carol Dweck menekankan pentingnya fokus pada upaya dan pembelajaran, bukan hanya pada hasil akhir. Orang yang memiliki growth mindset cenderung lebih tangguh, lebih bahagia, dan lebih berhasil dalam jangka panjang dibandingkan mereka yang hanya fokus pada pencapaian.
Begitu pula dalam terapi perilaku kognitif (CBT), salah satu pendekatan utama dalam psikologi modern, individu diajarkan untuk menghargai proses dan tindakan nyata ketimbang terus-menerus mengharapkan hasil yang ideal.
Langkah Menuju Fokus pada Usaha
- Buat tujuan berbasis proses, bukan hanya hasil. Misalnya, “Saya akan menulis selama satu jam setiap hari” alih-alih “Saya harus menerbitkan buku dalam tiga bulan.”
- Evaluasi diri berdasarkan konsistensi, bukan keberhasilan. Rayakan komitmen dan ketekunan Anda, sekecil apa pun.
- Gunakan jurnal harian untuk mencatat usaha yang telah dilakukan, bukan sekadar daftar pencapaian.
- Bersikap realistis bahwa tidak semua hal berada dalam kendali kita. Melepaskan diri dari hasil akan membebaskan pikiran dan emosi.
Kesimpulan: Usaha Adalah Bentuk Kehormatan
Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, hidup seperti seorang Stoik adalah langkah radikal yang membebaskan. Dengan berfokus pada usaha, kita belajar untuk menerima kenyataan, menjalani hidup dengan penuh kesadaran, dan menemukan makna dalam hal-hal kecil sehari-hari. Seperti yang ditekankan oleh Massimo Pigliucci, ketika kita menaruh hati pada proses, kita telah menang—terlepas dari bagaimana akhir ceritanya.
Jadi, jika Anda sedang merasa tertekan karena hasil tak kunjung datang, berhentilah sejenak. Tilik kembali perjalanan Anda. Jika Anda telah berusaha dengan sepenuh hati, itu sudah cukup. Sebab dalam kebijaksanaan Stoik, kehormatan dan kebahagiaan datang bukan dari hasil, tetapi dari cara kita berjuang.