“Hidup Bahagia Tak Perlu Banyak Hal: Pelajaran Abadi dari Marcus Aurelius”

- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA — Dalam dunia yang penuh kesibukan, ambisi, dan keinginan tanpa ujung, kita sering lupa bahwa kebahagiaan sejati sebenarnya tidak membutuhkan banyak hal. Marcus Aurelius, filsuf Stoik yang juga merupakan kaisar Romawi, mengingatkan kita dengan kalimatnya yang terkenal: “Remember that very little is needed to make a happy life.” Jika diterjemahkan, artinya: “Ingatlah bahwa hanya sedikit yang dibutuhkan untuk membuat hidup bahagia.”
Kutipan sederhana ini menyimpan makna mendalam yang relevan hingga hari ini. Di tengah gempuran budaya konsumtif, tekanan sosial, dan tuntutan zaman, kita perlu berhenti sejenak dan merenungkan: apakah semua yang kita kejar benar-benar membawa kita pada kebahagiaan? Ataukah kita justru menjauh darinya karena terlalu fokus pada hal-hal yang sebenarnya tidak esensial?
Filosofi Stoik dan Esensi Kehidupan
Stoikisme adalah aliran filsafat yang berakar di Yunani dan berkembang di Roma kuno. Inti ajarannya adalah hidup sesuai dengan akal sehat dan kebajikan, serta menerima hal-hal di luar kendali kita dengan lapang dada. Marcus Aurelius, melalui karyanya Meditations, banyak menulis tentang bagaimana seseorang dapat menemukan ketenangan dan kebahagiaan sejati dari dalam dirinya.
Ketika Marcus mengatakan bahwa hidup bahagia hanya membutuhkan sedikit, ia tidak mengajak kita untuk menjadi miskin atau menolak kemajuan. Ia mengajak kita untuk tidak menjadikan hal-hal eksternal sebagai sumber kebahagiaan. Kekayaan, ketenaran, status sosial, bahkan kenyamanan fisik — semua itu bersifat fana. Sebaliknya, ketenangan batin, rasa syukur, dan hubungan yang bermakna, itulah yang membawa kebahagiaan sejati.
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Di era digital, kita dibanjiri oleh gambar-gambar kesuksesan di media sosial: rumah mewah, mobil mahal, liburan ke luar negeri, dan gaya hidup glamor. Tanpa disadari, kita termakan narasi bahwa semakin banyak yang kita miliki, semakin bahagia kita.
Namun data menunjukkan sebaliknya. Menurut laporan World Happiness Report 2024, negara-negara dengan pendapatan tinggi tidak selalu memiliki indeks kebahagiaan yang lebih tinggi dibanding negara dengan pendapatan menengah. Ini menunjukkan bahwa setelah kebutuhan dasar terpenuhi, tambahan materi tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan.
Kesederhanaan menjadi sebuah kekuatan. Dengan hidup sederhana, kita tidak hanya mengurangi stres, tetapi juga meningkatkan rasa syukur dan kepuasan terhadap hidup.
Contoh Nyata: Bahagia dengan Hal-Hal Kecil
Banyak orang yang menemukan kebahagiaan bukan dari pencapaian besar, melainkan dari momen-momen kecil yang sering terlewatkan: bercengkerama dengan keluarga, menikmati secangkir kopi di pagi hari, berjalan di taman, membaca buku favorit, atau tertawa bersama sahabat.
Orang yang bisa merasa cukup, akan selalu merasa bahagia. Sedangkan orang yang selalu merasa kurang, akan terus merasa gelisah — tidak peduli seberapa banyak ia miliki.
Tips Stoik: Mencapai Kebahagiaan dengan Sedikit Hal
1. Kenali Kebutuhan Dasar
Evaluasi gaya hidup Anda. Apakah pengeluaran Anda memang untuk kebutuhan, atau untuk memenuhi keinginan semu yang ditanamkan oleh lingkungan?
2. Latih Rasa Syukur
Luangkan waktu setiap hari untuk menulis tiga hal yang Anda syukuri. Ini akan melatih pikiran Anda untuk fokus pada apa yang dimiliki, bukan apa yang belum dimiliki.
3. Kurangi Konsumsi Media Sosial
Banding-bandingkan hidup dengan orang lain hanya akan menumbuhkan rasa tidak cukup. Batasi waktu berselancar di media sosial dan perbanyak interaksi nyata.
4. Bangun Hubungan yang Bermakna
Orang bahagia bukan karena mereka memiliki segalanya, tetapi karena mereka dikelilingi oleh orang-orang yang mencintai dan mendukung mereka.
5. Rawat Kesehatan Fisik dan Mental
Kesehatan adalah fondasi kebahagiaan. Tidur cukup, makan dengan baik, dan berolahraga secara teratur — sederhana, namun sering dilupakan.
Mengapa Ini Penting?
Banyak orang menghabiskan hidup mengejar sesuatu yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Akibatnya, mereka melewatkan kebahagiaan yang sudah ada di depan mata. Marcus Aurelius memberikan kita peta jalan untuk kembali ke esensi: hidup dengan sederhana, sadar, dan bersyukur.
Kutipan ini juga sangat cocok untuk diterapkan dalam manajemen stres. Ketika kita merasa hidup kita kacau atau tidak cukup, tanyakan pada diri: apakah saya benar-benar butuh lebih banyak, atau saya hanya lupa menghargai yang sudah ada?
Penutup: Kembali ke Diri Sendiri
Dalam kesederhanaannya, kutipan Marcus Aurelius ini adalah seruan untuk membebaskan diri dari jebakan ekspektasi eksternal. Ia mengajak kita untuk kembali kepada diri sendiri, kepada hal-hal esensial yang membentuk kebahagiaan sejati.
“Ingatlah bahwa hanya sedikit yang dibutuhkan untuk membuat hidup bahagia.” Mungkin yang kita cari bukanlah sesuatu yang lebih, melainkan cara baru untuk melihat apa yang sudah kita miliki.
Mari belajar untuk merasa cukup. Karena dalam rasa cukup, terdapat kedamaian. Dan dalam kedamaian, bersemayam kebahagiaan yang hakiki.