Sun Tzu: Tak Ada Bangsa yang Diuntungkan dari Perang yang Berlarut-Larut

- Cuplikan layar
“There is no instance of a nation benefitting from prolonged warfare.” — Sun Tzu
Jakarta, WISATA — Dalam dunia strategi dan kepemimpinan, Sun Tzu kembali menjadi referensi penting dalam memahami dampak jangka panjang dari konflik bersenjata. Dalam bukunya yang legendaris The Art of War, Sun Tzu menegaskan bahwa tidak ada satu pun bangsa yang mendapatkan manfaat dari peperangan yang berlangsung lama. Pandangan ini kini semakin relevan di tengah ketegangan global, konflik regional, serta beban ekonomi dan kemanusiaan yang terus meningkat akibat perang berkepanjangan.
Biaya Perang yang Terlalu Tinggi
Sun Tzu menulis bahwa peperangan harus dilakukan dengan cepat dan efisien. Bila tidak, dampaknya bisa sangat merugikan baik bagi militer, masyarakat, maupun negara secara keseluruhan. Dalam konteks modern, kita bisa melihat bagaimana konflik yang berlangsung selama bertahun-tahun di berbagai belahan dunia menyebabkan kehancuran infrastruktur, kehilangan nyawa, krisis pengungsi, serta beban ekonomi yang tak terhitung.
Menurut data Bank Dunia, negara-negara yang mengalami konflik bersenjata berkepanjangan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif selama lebih dari satu dekade setelah konflik berakhir. Selain itu, pemulihan pascaperang memerlukan dana miliaran dolar yang bisa digunakan untuk membangun pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat jika tidak ada perang.
Relevansi Strategi Sun Tzu dengan Diplomasi Modern
Pernyataan Sun Tzu bahwa "tidak ada keuntungan dari perang yang panjang" menggambarkan prinsip dasar strategi: gunakan kekuatan hanya ketika benar-benar dibutuhkan, dan usahakan penyelesaian secepat mungkin. Hal ini selaras dengan pendekatan diplomasi modern yang mengedepankan penyelesaian konflik melalui dialog, negosiasi, dan kerja sama internasional.
Konflik seperti perang Rusia-Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, dan ketidakstabilan di Afrika menunjukkan bahwa semakin lama konflik berlangsung, semakin banyak kerugian yang ditanggung tidak hanya oleh pihak yang berperang, tetapi juga oleh dunia internasional secara keseluruhan, baik melalui disrupsi energi, perdagangan global, maupun krisis pangan.
Indonesia dan Upaya Menjaga Perdamaian
Indonesia sebagai negara yang menganut politik bebas aktif memiliki posisi penting dalam menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara dan ikut aktif dalam forum perdamaian dunia. Prinsip yang diungkapkan Sun Tzu dapat menjadi pegangan bagi Indonesia dalam memperkuat diplomasi preventif, resolusi konflik secara damai, dan penguatan peran strategis di kancah internasional.
Melalui pendekatan multilateralisme dan partisipasi aktif di organisasi seperti ASEAN, G20, dan PBB, Indonesia bisa mendorong penyelesaian konflik yang cepat dan berkeadilan, serta menghindari keterlibatan dalam konflik jangka panjang yang merugikan pembangunan nasional.
Refleksi Bagi Para Pemimpin
Kutipan Sun Tzu ini juga menjadi pengingat bagi para pemimpin dunia bahwa ego politik dan ambisi kekuasaan seharusnya tidak mengorbankan generasi masa depan. Ketika pemimpin memilih jalan perang tanpa strategi penyelesaian yang jelas, maka bangsa akan terseret ke dalam spiral krisis yang sulit dihentikan.
Pemimpin yang bijak adalah mereka yang mampu mencegah perang, atau jika perang tidak dapat dihindari, menyelesaikannya secepat mungkin dengan kerugian paling minimal. Seperti yang disampaikan Sun Tzu, keberhasilan sejati bukan dalam menghancurkan musuh, melainkan dalam mencegah kehancuran yang tidak perlu.
Penutup: Kemenangan Sejati adalah Perdamaian
Dalam strategi Sun Tzu, tujuan perang bukanlah pertempuran tanpa akhir, tetapi kemenangan cepat yang strategis, efisien, dan tidak merusak fondasi negara. Itulah sebabnya ia memperingatkan: “Tidak ada satu pun bangsa yang mendapatkan manfaat dari peperangan yang panjang.”
Pernyataan ini tidak hanya menjadi pedoman dalam seni perang, tetapi juga dalam seni memimpin, membangun negara, dan menciptakan masa depan yang damai dan sejahtera. Di era modern yang penuh tantangan global, ajaran ini semakin bernilai untuk diterapkan dalam setiap pengambilan keputusan besar di tingkat nasional maupun internasional.