Rendah Hati dalam Menerima, Ikhlas dalam Melepas: Pelajaran Abadi dari Marcus Aurelius

Marcus Aurelius Kaisar Romawi dan Tokoh Stoikisme
Marcus Aurelius Kaisar Romawi dan Tokoh Stoikisme
Sumber :
  • thoughtco.com

Untuk menjadikan prinsip ini sebagai gaya hidup, para praktisi Stoik modern—termasuk tokoh seperti Tim Ferriss, Massimo Pigliucci, dan Ryan Holiday—menganjurkan praktik harian berupa jurnal refleksi. Dalam jurnal tersebut, seseorang bisa menuliskan hal-hal yang disyukuri, keberhasilan dan kegagalan yang terjadi, serta bagaimana perasaannya terhadap semua itu.

Dengan begitu, kita dilatih untuk mengamati diri sendiri tanpa menghakimi, menerima keberuntungan tanpa kesombongan, dan mengikhlaskan kehilangan tanpa keterikatan.

Ajaran yang Membebaskan

Dalam dunia yang semakin materialistis, ajaran Marcus Aurelius justru terasa seperti angin segar. Ia tidak menawarkan formula cepat untuk kebahagiaan, melainkan mengajak kita untuk menguatkan karakter, memperdalam kesadaran, dan hidup selaras dengan nilai-nilai abadi.

Kehidupan modern seringkali membuat kita terpaku pada pencapaian dan pengakuan, tetapi Marcus mengingatkan: apa yang kita capai tidak akan bertahan selamanya, dan hanya karakter kitalah yang akan menentukan kualitas hidup sejati.

Penutup: Tetap Teguh di Tengah Perubahan

Dengan kata lain, kunci hidup yang tenang bukanlah dengan menghindari perubahan, melainkan dengan mengubah cara kita merespons perubahan. Terimalah kebaikan tanpa menjadi sombong. Relakan kehilangan tanpa menjadi pahit. Sebab, yang benar-benar milik kita bukanlah hasil dari dunia luar, melainkan reaksi kita terhadapnya.