Ibn Rushd (Averroes): "Biarkan Setiap Generasi Menafsirkan Kebenaran Sesuai dengan Zamannya, Tetapi … "

- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA - Ibn Rushd, atau dikenal di Barat dengan nama Averroes, merupakan salah satu tokoh paling cemerlang dalam sejarah filsafat Islam. Sebagai seorang filsuf, hakim, dokter, dan ilmuwan yang hidup pada abad ke-12, pemikirannya menjembatani dunia Islam dan Eropa. Salah satu kutipan reflektifnya yang hingga kini tetap relevan berbunyi:
"Biarkan setiap generasi menafsirkan kebenaran sesuai dengan zamannya, tetapi jangan pernah meninggalkan dasar akal."
Ungkapan ini menyiratkan visi besar Ibn Rushd mengenai dinamika pemikiran dan pentingnya rasionalitas dalam memahami realitas yang senantiasa berubah.
Dinamika Kebenaran dalam Sejarah
Kebenaran, dalam pandangan Ibn Rushd, bukanlah sesuatu yang statis. Ia menyadari bahwa setiap zaman memiliki konteks sosial, budaya, dan intelektualnya sendiri. Oleh karena itu, penafsiran terhadap teks-teks suci, hukum, dan nilai-nilai moral pun harus mempertimbangkan konteks zaman agar tetap relevan.
Namun demikian, fleksibilitas dalam menafsirkan kebenaran tidak boleh mengarah pada relativisme yang ekstrem. Ibn Rushd menegaskan bahwa penalaran akal tetap harus menjadi fondasi utama. Tanpa akal, penafsiran bisa menjelma menjadi dogma buta yang membahayakan.
Rasionalitas sebagai Pilar Peradaban
Ibn Rushd dikenal sebagai pembela rasionalitas di tengah gelombang anti-filsafat yang sempat mencuat di dunia Islam pada masa itu. Ia berani melawan pemikiran anti-rasional dengan menunjukkan bahwa agama dan akal bukanlah dua kutub yang bertentangan. Sebaliknya, keduanya saling melengkapi dan memperkuat pemahaman terhadap kebenaran sejati.
Bagi Ibn Rushd, akal adalah anugerah Tuhan yang tidak boleh diabaikan. Menafsirkan wahyu dengan bantuan akal bukanlah bentuk pembangkangan, melainkan manifestasi dari upaya manusia untuk memahami kehendak Ilahi dengan sebaik-baiknya.
Relevansi di Era Modern
Di era digital dan globalisasi yang serba cepat ini, pernyataan Ibn Rushd semakin relevan. Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan interpretasi: mulai dari agama, politik, hingga ilmu pengetahuan. Dalam kebingungan informasi dan konflik penafsiran, penting bagi setiap generasi untuk berani menyusun ulang pemahamannya terhadap dunia—tanpa melepaskan prinsip rasionalitas.
Generasi masa kini menghadapi tantangan baru seperti kecerdasan buatan, krisis iklim, dan disrupsi sosial. Dalam menghadapi itu semua, kita perlu merujuk kembali pada pesan Ibn Rushd: gunakan akal sebagai fondasi, dan biarkan interpretasi berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Warisan Filosofis yang Abadi
Sebagai seorang penerus semangat Aristoteles di dunia Islam, Ibn Rushd tidak hanya menulis komentar terhadap karya-karya filsuf Yunani, tetapi juga memperkaya tradisi pemikiran Islam dengan pendekatan logis dan kritis. Ia percaya bahwa memahami hukum alam dan realitas dengan akal justru mengantarkan manusia lebih dekat pada Tuhan.
Karya-karyanya memengaruhi pemikiran Barat, terutama di masa Renaisans, dan menegaskan bahwa jembatan antara Timur dan Barat dibangun atas dasar pencarian rasional terhadap kebenaran universal.
Penutup
Kutipan Ibn Rushd:
"Biarkan setiap generasi menafsirkan kebenaran sesuai dengan zamannya, tetapi jangan pernah meninggalkan dasar akal"
bukan hanya nasihat bagi para cendekiawan, tetapi juga panggilan untuk setiap individu agar berani berpikir, menafsirkan, dan bertindak sesuai zamannya, tanpa mengabaikan kekuatan akal yang menjadi pilar utama kemanusiaan.