Ciri-Ciri Kaum Sofis: Pragmatisme dalam Mencapai Keberhasilan Politik dan Hukum

Tokoh Kaum Sofis Protagoras, Gorgias, dan Hippias
Tokoh Kaum Sofis Protagoras, Gorgias, dan Hippias
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA - Di tengah dinamika peradaban Yunani Kuno, muncul kelompok pemikir yang dikenal sebagai kaum Sofis. Mereka bukan hanya ahli dalam retorika dan seni berbicara, tetapi juga menekankan manfaat praktis dari pengetahuan yang mereka ajarkan. Pragmatisme menjadi ciri khas utama kaum Sofis, di mana mereka percaya bahwa kemampuan untuk berkomunikasi dengan meyakinkan adalah kunci sukses, terutama dalam dunia politik dan hukum. Artikel ini akan mengupas secara mendalam bagaimana pragmatisme kaum Sofis membentuk strategi mereka untuk mencapai keberhasilan, serta relevansinya dalam konteks modern.

Asal Usul dan Konteks Kaum Sofis

Pada abad ke-5 SM, Athena berkembang sebagai pusat demokrasi langsung di Yunani Kuno. Di tengah dinamika politik tersebut, kaum Sofis muncul sebagai guru retorika yang menawarkan pelatihan kepada para pemuda elit yang bercita-cita untuk memasuki dunia politik dan hukum. Mereka mengajarkan teknik-teknik debat dan persuasi, yang dianggap sangat penting dalam menghadapi publik dan memenangkan argumen di forum umum.

Pragmatisme yang ditanamkan oleh kaum Sofis bukan hanya mengenai kemampuan berbicara yang indah, melainkan juga tentang bagaimana pengetahuan dan keahlian dapat digunakan secara praktis untuk meraih kekuasaan dan pengaruh. Dalam konteks itu, kaum Sofis menekankan bahwa ilmu pengetahuan harus mempunyai manfaat langsung bagi kehidupan sosial dan politik. Mereka percaya bahwa pengetahuan tidak hanya untuk dipahami secara teoritis, tetapi harus diterapkan untuk mencapai hasil yang nyata.

Pragmatisme: Kunci Keberhasilan di Dunia Politik dan Hukum

1. Penerapan Ilmu Pengetahuan untuk Memenangkan Debat

Kaum Sofis mengajarkan bahwa debat bukan semata-mata tentang mencari kebenaran yang abstrak, melainkan tentang memenangkan argumen di hadapan publik. Dalam sistem demokrasi Athena, kemampuan untuk meyakinkan rakyat melalui debat di ekklesia atau pengadilan merupakan keterampilan yang sangat penting.
Mereka mengajarkan bahwa:

  • Argumen yang meyakinkan lebih dihargai daripada argumen yang semata-mata benar.
  • Kekuatan kata-kata dapat mengubah persepsi audiens, meskipun argumen tersebut tidak selalu didasarkan pada kebenaran moral yang mutlak.