Dari Aristoteles ke Ibnu Sina: Ketika Sains Adalah Anak Kandung Islam yang Terlupakan

Aristoteles dan Ibnu Sina (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Mengapa Dunia Islam Berjaya dalam Sains?

Beberapa faktor kunci menjelaskan mengapa dunia Islam berhasil menjadi pusat ilmu pengetahuan:

  1. Dukungan Pemerintah
    Khalifah Abbasiyah memberikan dukungan besar terhadap kegiatan intelektual. Pendanaan untuk proyek penerjemahan, penelitian, dan pembangunan perpustakaan memastikan kelangsungan aktivitas ilmiah.
  2. Integrasi Ilmu dan Agama
    Para ilmuwan Muslim memandang ilmu pengetahuan sebagai cara untuk memahami ciptaan Allah. Al-Qur'an sering mengajak umat manusia untuk merenungkan alam semesta, yang menjadi motivasi utama dalam eksplorasi ilmiah.
  3. Jaringan Perdagangan dan Mobilitas Intelektual
    Kekhalifahan Islam memiliki wilayah yang luas, mencakup berbagai budaya dan agama. Hal ini memungkinkan pertukaran ide-ide dan teknologi dari berbagai belahan dunia.

Ibnu Sina dan Puncak Kejayaan Sains Islam

Ibnu Sina adalah simbol puncak kejayaan sains di dunia Islam. Dalam bukunya Al-Qanun fi al-Tibb (Kanon Kedokteran), ia menggabungkan gagasan Aristoteles tentang logika dengan penemuan ilmiah dari berbagai tradisi, termasuk Yunani, Persia, dan India. Buku ini menjadi referensi utama di universitas-universitas Eropa selama berabad-abad.

Namun, Ibnu Sina bukan satu-satunya. Para filsuf seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Rusyd juga memainkan peran penting dalam menjaga dan mengembangkan warisan Aristoteles. Ibnu Rusyd, misalnya, dikenal sebagai komentator besar karya Aristoteles dan berkontribusi dalam membawa pemikiran ini kembali ke Eropa melalui terjemahan bahasa Latin.

Ketika Sains Terlupakan di Dunia Islam