Aku Berpikir, Maka Aku Ada: Filosofi Descartes yang Mengubah Dunia

René Descartes:
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - René Descartes adalah salah satu tokoh intelektual paling berpengaruh dalam sejarah manusia. Filosofinya, yang terangkum dalam ungkapan "Cogito, Ergo Sum" atau "Aku berpikir, maka aku ada", tidak hanya menjadi tonggak sejarah filsafat modern tetapi juga memengaruhi cara pandang manusia terhadap diri, pengetahuan, dan eksistensi. Gagasan ini telah melampaui batas filsafat, meresap ke dalam sains, psikologi, dan bahkan kehidupan sehari-hari.

René Descartes: Pelopor Rasionalisme Modern

Descartes lahir pada 31 Maret 1596 di La Haye en Touraine, Prancis. Pendidikan awalnya di sekolah Jesuit memberikan landasan kuat dalam logika dan matematika. Namun, ia kemudian meninggalkan keyakinan dogmatis gereja pada masa itu dan mengembangkan pendekatan rasional yang menantang otoritas tradisional.

Di era ketika otoritas agama mendominasi, Descartes memperkenalkan metode berpikir berbasis rasionalisme. Baginya, kebenaran tidak dapat didasarkan pada tradisi atau kepercayaan belaka, melainkan harus diuji melalui akal budi dan bukti logis.

Makna "Aku Berpikir, Maka Aku Ada"

Ungkapan ini pertama kali diperkenalkan dalam karya monumental Descartes, Discourse on the Method (1637), dan kemudian diperluas dalam Meditations on First Philosophy (1641). Apa yang sebenarnya dimaksud Descartes dengan pernyataan ini?

  1. Kesadaran sebagai Bukti Eksistensi
    Descartes mengemukakan bahwa kemampuan untuk berpikir adalah bukti paling mendasar dari keberadaan seseorang. Bahkan jika segalanya diragukan—termasuk dunia luar dan tubuh fisik—kesadaran seseorang tentang dirinya sendiri tetap tidak dapat disangkal.
  2. Pemisahan Pikiran dan Tubuh
    Descartes juga memperkenalkan dualisme, gagasan bahwa pikiran dan tubuh adalah dua entitas yang berbeda. Pikiran adalah substansi non-materi, sementara tubuh adalah materi yang tunduk pada hukum fisika.
  3. Landasan Pengetahuan Modern
    "Cogito, Ergo Sum" menjadi titik awal untuk membangun pengetahuan yang pasti, mengatasi skeptisisme yang melanda filsafat Eropa pada masanya.