Mikroplastik Sang Pencemar Lingkungan
- its.ac.id
Surabaya, WISATA – Mikroplastik adalah salah satu pemicu tercemarnya ekosistem laut. Mikroplastik yang ditemukan umumnya berupa hasil dari proses fragmentasi atau pecahan plastik yang biasa digunakan sehari-hari, dengan kisaran ukuran lebih dari satu mikrometer dan kurang dari lima milimeter.
Dengan ukuran yang bahkan hanya bisa dilihat di bawah mikroskop, mikroplastik rentan masuk ke dalam tubuh biota laut melalui proses makan dan dimakan. Menurut penelitian Aunurohim Ssi DEA, dosen Biologi ITS Surabaya, dinyatakan adanya mikroplastik di dalam ikan.
Selain di organ pencernaan, mikroplastik juga dapat mengancam nyawa ikan. Ukurannya yang kecil menjadikannya terbawa arus air dan dengan mudah masuk ke dalam insang ikan. Proses masuknya mikroplastik ke insang dapat menimbulkan gesekan dan lambat laun menyebabkan pembuluh darah membengkak dan menutup insang.
Temuan mikroplastik di dalam tubuh ikan ini memunculkan urgensi pengkajian lebih lanjut, sebab ikan masih memegang peran penting sebagai sumber gizi bagi penduduk indonesia.
“Kekhawatiran terkait terakumulasinya mikroplastik di tubuh manusia dari konsumsi ikan pun menuntut upaya penelitian dan pencegahan, salah satunya program Sustainable Blue atau biasa disebut sebagai SustainaBlue,” jelas Aunurohim
Aunurohim yang juga sebagai Project Manager SustainaBlue ini menjelaskan behwa proyek yang didanai sekitar EUR 779.000 oleh Erasmus Plus tersebut merupakan wujud kepedulian ITS bersama mitra kampus di Indonesia, Malaysia, Yunani, dan Siprus terhadap keberlangsungan ekosistem laut. Penelitian dan penyuluhan terkait pencemaran air laut terus dilakukan demi memastikan ikan dapat terus menjadi hidangan yang tersaji di atas meja tanpa adanya keraguan.
Penyuluhan keberlangsungan ekosistem laut ini diperuntukkan kepada seluruh warga khususnya yang bertempat di pesisir pantai, dengan target perempuan dan anak sekolah.
“Penyuluhan khususnya dilakukan kepada murid-murid Sekolah Menengah sebagai generasi penerus bangsa dan lingkungan,” terangnya.
Aunurohim menambahkan bahwa selain melalui upaya penelitian dan kerja sama di tingkat institusi seperti SustainaBlue, dapat dilakukan pula usaha oleh tiap individu. Contohnya yaitu penggunaan tas jinjing sebagai pengganti kresek dan implementasi dari 3R yaitu Reduce, Reuse, and Recycle. “Lebih baik mengurangi plastik, karena hal ini juga untuk menambah kualitas hidup kita,” tutupnya.
Sumber: its.ac.id