Pengusaha dalam Parlemen: Regulasi untuk Keuntungan Pribadi, Rakyat Dilupakan?

Pengusaha dalam Parlemen, Siapa Diuntungkan?
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Salah satu contoh nyata adalah ketika parlemen mengesahkan Undang-Undang Cipta Kerja pada tahun 2020. Meskipun undang-undang ini bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan mempermudah investasi, banyak pihak yang menilai bahwa undang-undang tersebut lebih menguntungkan pengusaha besar. UU Cipta Kerja memberikan banyak kemudahan dalam hal perizinan usaha dan investasi, namun di sisi lain dianggap merugikan hak-hak pekerja, terutama yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan lingkungan.

Banyak pengamat politik dan ekonomi berpendapat bahwa UU Cipta Kerja merupakan hasil dari lobi kuat para pengusaha yang duduk di parlemen atau memiliki kedekatan dengan mereka. Dengan posisi strategis ini, para pengusaha tersebut mampu mempengaruhi jalannya kebijakan yang pada akhirnya lebih menguntungkan bisnis mereka.

Dampak bagi Demokrasi

Keberadaan pengusaha dalam parlemen jelas memiliki dampak negatif terhadap demokrasi di Indonesia. Konflik kepentingan yang muncul membuat proses pembuatan kebijakan tidak lagi murni untuk kepentingan rakyat. Sebaliknya, kebijakan-kebijakan tersebut lebih banyak ditujukan untuk melindungi dan memperbesar keuntungan kelompok tertentu. Akibatnya, demokrasi yang seharusnya memberikan ruang bagi keterlibatan rakyat justru semakin jauh dari esensinya.

Dalam situasi seperti ini, rakyat tidak lagi memiliki kendali penuh terhadap wakil-wakilnya di parlemen. Ketika para pengusaha yang memiliki kekuasaan politik memegang kendali, mereka cenderung mengabaikan kepentingan masyarakat luas. Dengan demikian, demokrasi Indonesia terancam terdistorsi oleh kekuatan uang dan pengaruh para oligarki yang semakin kuat.

Tanggung Jawab Publik

Melihat kondisi ini, publik memiliki peran penting dalam mengawasi jalannya pemerintahan dan parlemen. Keterbukaan informasi dan transparansi dalam proses pembuatan kebijakan menjadi hal yang sangat krusial. Masyarakat harus lebih kritis dalam melihat siapa yang mereka pilih sebagai wakil rakyat, dan harus menyadari bahaya konflik kepentingan yang mungkin terjadi jika wakil mereka adalah pengusaha yang terlibat langsung dalam dunia bisnis.