Benarkah Gaya Hidup YOLO, FOMO, dan FOPO Memicu Merebaknya Judi Online dan Pinjaman Online?

YOLO, FOMO, FOPO
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Ketika gaya hidup YOLO, FOMO, dan FOPO mendorong pengeluaran yang melebihi kemampuan finansial, pinjaman online sering kali menjadi solusi cepat. Namun, pinjaman online juga membawa risiko besar, terutama dengan bunga tinggi dan biaya tersembunyi yang dapat membuat pengguna terjerat dalam utang. Menurut data OJK, pada tahun 2023, lebih dari 70% pengguna pinjaman online mengalami kesulitan membayar kembali utang mereka.

Ketidakmampuan untuk mengelola tekanan sosial dan keinginan untuk tampil "sejalan" dengan tren membuat banyak anak muda mengambil langkah cepat dengan memanfaatkan pinjaman online. Mereka merasa perlu untuk memiliki barang-barang mewah, berlibur ke tempat-tempat eksotis, atau mengikuti tren fashion terbaru agar tidak merasa ketinggalan dari lingkungannya. Tren ini semakin diperparah oleh FOPO, di mana seseorang takut mendapatkan penilaian negatif dari teman atau masyarakat karena tidak bisa mengikuti standar yang dianggap normal.

Judi Online dan FOMO: Kombinasi Berbahaya

Fenomena FOMO juga terkait erat dengan judi online. Ketakutan akan ketinggalan kesenangan atau peluang untuk mendapatkan uang secara instan membuat banyak orang tergoda untuk mencoba judi online. Penelitian dari lembaga survei We Are Social menunjukkan bahwa lebih dari 60% anak muda yang terlibat dalam judi online mengaku terpengaruh oleh promosi yang muncul di media sosial atau aplikasi.

Judi online menjadi cara cepat bagi mereka yang ingin mendapatkan kepuasan instan. Platform judi digital yang tersedia dengan mudah melalui smartphone semakin memperparah situasi. Kemudahan akses ini memungkinkan anak muda untuk berjudi kapan saja dan di mana saja, tanpa perlu keluar rumah. Dampaknya, banyak yang akhirnya terjebak dalam lingkaran perjudian yang merugikan, kehilangan uang, dan bahkan terjerat utang.

Solusi untuk Mengatasi Gaya Hidup YOLO, FOMO, dan FOPO

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan edukasi dan kesadaran yang lebih luas di kalangan generasi muda tentang bahaya gaya hidup konsumtif yang didorong oleh YOLO, FOMO, dan FOPO. Orang tua, guru, dan pemangku kepentingan harus berperan aktif dalam memberikan pemahaman mengenai pentingnya manajemen keuangan yang baik dan pengendalian diri dalam menghadapi tekanan sosial.