Generasi Milenial dan Gen Z Terlalu Terikat Dunia Maya: Apakah Mereka Kehilangan Sentuhan Nyata?
- Image Creator/Handoko
Banyak anak muda yang merasa tertekan untuk selalu "on" di media sosial, tidak hanya untuk mengecek update teman, tetapi juga untuk memposting konten secara rutin. Ini menyebabkan stress yang terus-menerus, karena mereka selalu merasa harus memenuhi ekspektasi sosial yang tidak realistis. Dalam beberapa kasus, kecanduan media sosial dapat memicu gangguan kecemasan sosial, depresi, dan masalah psikologis lainnya.
Kurangnya Interaksi Nyata
Kemampuan untuk berinteraksi langsung menjadi semakin jarang terlihat di kalangan anak muda. Mereka lebih sering berkomunikasi melalui pesan singkat atau komentar di media sosial daripada berbicara langsung. Ini menciptakan kekosongan dalam hubungan interpersonal yang seharusnya memberikan kedekatan emosional.
Pada banyak kesempatan, misalnya dalam pertemuan keluarga atau saat berkumpul dengan teman, generasi milenial dan Gen Z lebih memilih sibuk dengan gawainya daripada berbincang secara langsung. Akibatnya, hubungan sosial menjadi kurang mendalam dan lebih superfisial. Perasaan kesepian yang muncul juga sering tidak disadari karena terjebak dalam dunia maya yang menawarkan interaksi semu.
Dampak pada Produktivitas
Tidak hanya pada interaksi sosial, kecanduan media sosial juga berdampak pada produktivitas generasi milenial dan Gen Z. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk belajar, bekerja, atau mengembangkan keterampilan, justru habis dihabiskan untuk scrolling tanpa henti. Ini menyebabkan penurunan fokus dan konsentrasi, serta mengganggu rutinitas harian yang seharusnya bisa lebih bermanfaat.
Fenomena ini menjadi salah satu tantangan terbesar di kalangan pelajar dan pekerja muda. Mereka sulit untuk fokus pada tugas yang diberikan, sering kali terganggu oleh notifikasi atau rasa ingin tahu tentang apa yang sedang terjadi di dunia maya.