Mengapa Kebajikan Lebih Penting dari Kekayaan: Pelajaran Hidup dari Etika Aristoteles

Aristoteles di Laboratorium
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Di tengah kehidupan modern yang penuh dengan ambisi dan persaingan, sering kali kita dihadapkan pada pilihan antara mengejar kekayaan atau mengembangkan kebajikan. Banyak orang berlomba-lomba mencari kekayaan dengan harapan dapat membeli kebahagiaan, tetapi apakah benar demikian? Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno yang dikenal dengan pemikirannya yang mendalam tentang etika dan kebajikan, menawarkan pandangan yang berbeda. Dalam karya monumentalnya, Nicomachean Ethics, Aristoteles menekankan bahwa kebajikan lebih penting dari kekayaan dan merupakan kunci untuk mencapai hidup yang baik. Artikel ini akan menjelaskan mengapa kebajikan lebih penting dari kekayaan dan apa pelajaran yang bisa kita ambil dari pemikiran Aristoteles.

Aristoteles dan Pandangan tentang Kebajikan

Aristoteles mendefinisikan kebajikan sebagai kualitas moral yang membuat seseorang mampu menjalani hidup dengan baik. Kebajikan bukan sekadar perbuatan baik yang dilakukan sesekali, melainkan kebiasaan yang terus-menerus dibentuk melalui latihan dan refleksi. Dalam pandangan Aristoteles, hidup yang baik tidak hanya bergantung pada seberapa banyak harta yang kita miliki, tetapi pada seberapa baik kita bertindak dalam setiap situasi.

Menurut Aristoteles, tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah mencapai eudaimonia—sebuah kondisi di mana seseorang hidup dengan penuh kebajikan dan kebahagiaan. Eudaimonia sering diartikan sebagai kebahagiaan, tetapi bukan sekadar kesenangan sesaat. Lebih dari itu, eudaimonia mencakup perasaan kepuasan yang datang dari menjalani hidup dengan penuh kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan moderasi.

Mengapa Kebajikan Lebih Penting dari Kekayaan?

Aristoteles berpendapat bahwa kekayaan hanyalah alat, bukan tujuan. Kekayaan dapat membantu kita memenuhi kebutuhan dasar dan memberi kenyamanan, tetapi tidak bisa memberikan kebahagiaan sejati. Orang yang kaya belum tentu bahagia jika hidupnya dipenuhi dengan keserakahan, ketidakadilan, atau kurangnya rasa syukur. Sebaliknya, orang yang memiliki kebajikan seperti kejujuran, kesabaran, dan kemurahan hati, meskipun tidak kaya, cenderung memiliki kehidupan yang lebih memuaskan dan bermakna.

Aristoteles juga menekankan bahwa kekayaan mudah berubah dan tidak stabil. Kondisi ekonomi yang baik bisa berubah sewaktu-waktu, dan harta benda bisa hilang dalam sekejap. Sebaliknya, kebajikan adalah kualitas yang melekat dalam diri seseorang dan tidak bisa diambil oleh siapa pun. Kebajikan memberi seseorang kemampuan untuk menghadapi segala tantangan hidup dengan kepala tegak, tanpa kehilangan arah atau makna.