Socrates: Bapak Filsafat Tanpa Buku, Bagaimana Ia Mengubah Dunia?

Socrates
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Socrates adalah salah satu filsuf yang namanya abadi dalam sejarah, meskipun ia tidak pernah menulis satu buku pun. Dikenal sebagai tokoh yang membentuk fondasi filsafat Barat, Socrates adalah figur yang menginspirasi banyak pemikir besar, termasuk muridnya, Plato, dan Aristoteles. Bagaimana mungkin seorang filsuf yang tidak meninggalkan jejak tulisan apa pun dianggap sebagai bapak filsafat? Apa yang membuat ajarannya begitu kuat dan bertahan hingga ribuan tahun?

Kehidupan Socrates: Dari Tukang Batu Menjadi Filsuf Besar

Socrates lahir dari keluarga sederhana di Athena. Ayahnya adalah seorang tukang batu, dan ibunya seorang bidan. Meskipun berasal dari latar belakang yang biasa, kecerdasannya yang luar biasa membawanya pada jalan hidup yang berbeda. Sejak muda, Socrates lebih tertarik pada pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang kehidupan, moralitas, dan pengetahuan dibandingkan pekerjaan sehari-hari.

Socrates tidak mendirikan sekolah formal seperti Plato dengan Akademinya atau Aristoteles dengan Lyceumnya. Ia lebih sering terlihat di pasar, berbincang dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, mulai dari para politikus, seniman, hingga pedagang. Diskusi ini tidak hanya bertujuan untuk mencari jawaban, tetapi juga untuk menggali lebih dalam mengenai kepercayaan dan pemahaman orang-orang tentang kehidupan.

Metode Socrates: Dialog dan Pertanyaan

Metode yang dikenal dengan nama "Metode Socrates" merupakan salah satu kontribusi paling berharga yang ia berikan kepada dunia filsafat. Melalui dialog dan serangkaian pertanyaan kritis, Socrates mengajak lawan bicaranya untuk menguji kepercayaan mereka sendiri. Metode ini tidak hanya menantang asumsi tetapi juga mendorong pemikiran mendalam yang kerap kali menggiring pada kesadaran bahwa pengetahuan kita terbatas.

Metode ini menjadi revolusioner karena menggantikan metode pengajaran tradisional yang dogmatis. Alih-alih memberikan jawaban langsung, Socrates memicu rasa ingin tahu dan pemikiran mandiri. Pendekatan ini kemudian menjadi dasar bagi perkembangan logika dan metodologi ilmiah yang menghargai proses bertanya sebagai cara utama menuju penemuan kebenaran.