Ritual Mumifikasi Mesir Kuno dan Cara Mengawetkan Mayat, Warisan Abadi Sejarah Umat Manusia
- Instagram/rick_213
Dehidrasi dengan Natron: Tubuh kemudian didehidrasi menggunakan natron, garam alami yang berfungsi sebagai pengawet dan bahan pengering. Langkah ini penting untuk mencegah pembusukan dan mempersiapkan jenazah untuk dibungkus.
Pembungkus: Langkah terakhir adalah membungkus jenazah dengan kain linen sepanjang lebih dari seratus meter. Linen sering kali diberi permen karet, yang berfungsi sebagai perekat untuk menutup kain pembungkus dan melindungi tubuh. Variasinya didasarkan pada kelas sosial.
• Kaya dan Elit: Bagi orang kaya, proses mumifikasi sangatlah rumit. Otaknya dikeluarkan melalui lubang hidung dengan alat besi yang bengkok. Rongga perut dibersihkan dengan tuak, diisi dengan rempah-rempah mewah seperti mur dan cassia, lalu dijahit. Setelah perawatan natron selama 70 hari, jenazah dimandikan, dibungkus dengan kain linen halus, dan dilapisi dengan permen karet. Perawatan yang cermat ini menjamin terpeliharanya penampilan dan status seseorang bahkan dalam kematian.
• Kelas Menengah: Metode yang lebih murah melibatkan penyuntikan minyak cedar ke perut, yang melarutkan organ dalam. Setelah perawatan natron, minyaknya dihilangkan, sehingga tubuh hanya tinggal kulit dan tulang. Proses ini lebih murah namun tetap mengawetkan jenazah untuk akhirat.
• Rakyat miskin: Metode paling ekonomis yang digunakan untuk masyarakat kelas bawah adalah dengan menggunakan enema minyak sederhana untuk membersihkan usus, diikuti dengan pengobatan natron. Metode ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja, sehingga mencerminkan keterbatasan ekonomi masyarakat kelas bawah.
Pada abad ke-4 M, ketika Roma mendominasi Mesir dan agama Kristen menyebar, seni mumifikasi memudar. Namun, praktik ini telah memberikan wawasan sejarah yang kaya mengenai budaya dan tradisi Mesir. Mumifikasi masih terjadi dalam berbagai bentuk di seluruh dunia, mulai dari ritual di Papua Nugini hingga pembalseman modern di rumah duka Barat dan teknik pengawetan dalam lingkungan medis dan pendidikan, menunjukkan ketertarikan manusia yang tak lekang oleh waktu dalam mengawetkan orang mati.
Mumifikasi tidak hanya terjadi di Mesir dan dalam beberapa hal, tradisi ini juga dilakukan hingga sekarang. Masyarakat modern di Papua Nugini masih melakukan mumi terhadap orang yang meninggal. Selain itu, rumah duka di Barat sering kali membalsem jenazah untuk memperlambat pembusukan dan memberikan waktu untuk upacara berlangsung. Bahkan laboratorium anatomi diketahui menggunakan teknik pengawetan tubuh untuk tujuan medis dan Pendidikan.