Paulo Freire: Kesadaran Kritis Membuka Jalan Menuju Tindakan Sosial yang Bermakna

"Pedagogy of the Oppressed" – Paulo Freire
"Pedagogy of the Oppressed" – Paulo Freire
Sumber :
  • Cuplikan layar

Bagi Freire, pendidikan tidak boleh netral. Ia menyatakan bahwa setiap pendidikan pasti berpihak—entah kepada penindas atau kepada yang tertindas. Maka, tugas utama pendidikan adalah membangkitkan kesadaran kritis dalam diri peserta didik, agar mereka memahami realitas sosial dan tidak menjadi bagian dari struktur yang menindas.

Hal ini terlihat jelas dalam karyanya yang terkenal, Pedagogy of the Oppressed, di mana Freire mengkritik sistem pendidikan yang ia sebut sebagai “pendidikan gaya bank.” Dalam sistem ini, guru menjadi sosok dominan yang “menabungkan” pengetahuan ke dalam pikiran murid yang dianggap kosong. Murid hanya menjadi penerima pasif, bukan pencipta makna.

Sebaliknya, Freire mengusulkan pendekatan dialogis. Guru dan murid harus berdialog sebagai subjek yang setara, saling belajar, dan bersama-sama merefleksikan dunia. Melalui refleksi ini, kesadaran kritis akan tumbuh dan mendorong tindakan transformatif.

Mengapa Kesadaran Kritis Penting di Indonesia?

Di Indonesia, tantangan pendidikan bukan hanya soal infrastruktur atau akses, tetapi juga soal isi dan metode pembelajaran. Banyak siswa diajarkan untuk menghafal jawaban, bukan mempertanyakan masalah. Kurikulum sering kali berfokus pada ujian, bukan pemahaman. Ini menciptakan generasi yang pandai menjawab soal, tetapi kurang peka terhadap realitas sosial di sekitarnya.

Padahal, Indonesia adalah negara yang penuh dengan persoalan sosial: ketimpangan ekonomi, diskriminasi, konflik agraria, hingga perubahan iklim. Semua ini membutuhkan warga negara yang tidak hanya terdidik secara akademis, tetapi juga sadar secara sosial. Inilah alasan mengapa kesadaran kritis menjadi sangat penting.

Ketika siswa tidak hanya diajarkan “apa” tetapi juga “mengapa” dan “bagaimana,” mereka akan tumbuh menjadi individu yang mampu melihat hubungan antara ilmu pengetahuan dan kehidupan nyata. Mereka tidak akan puas hanya dengan teori, tetapi akan terdorong untuk bertanya, berdiskusi, dan bertindak.