Anatomi FOMO dalam Budaya Pop: Bagaimana Keinginan untuk Tidak Ketinggalan Mengubah Tren di Indonesia

YOLO, FOMO, FOPO
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Selain konsumsi dan pariwisata, FOMO juga memengaruhi aspek kehidupan sosial. Banyak orang merasa perlu untuk selalu hadir dalam acara-acara tertentu, seperti pesta ulang tahun, pernikahan, atau konser, karena takut dianggap tidak gaul atau tidak update. Hal ini menciptakan tekanan sosial yang dapat berdampak pada kesehatan mental.

Menurut survei dari Indonesian Psychological Society pada 2023, 65% responden mengaku pernah merasa stres karena tekanan untuk mengikuti tren atau acara tertentu. Psikolog menyarankan untuk mengurangi intensitas penggunaan media sosial dan lebih fokus pada kualitas pengalaman daripada kuantitas.

Dampak Ekonomi FOMO

FOMO tidak hanya memengaruhi individu tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Bisnis, terutama di sektor makanan, fashion, dan hiburan, memanfaatkan FOMO untuk meningkatkan penjualan. Misalnya, restoran yang menciptakan menu musiman atau tempat hiburan dengan tema tertentu sering kali menarik banyak pengunjung.

Namun, ada juga risiko ekonomi, seperti pengeluaran yang berlebihan atau utang konsumtif. Oleh karena itu, penting bagi konsumen untuk bersikap bijak dalam merespons dorongan FOMO.

Mengelola FOMO di Era Digital

Menghadapi era di mana FOMO menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, penting untuk mengembangkan strategi untuk mengelolanya. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil: