Mendesak Kolaborasi Global untuk Inovasi AI dalam Medis dan Pertahanan, Cegah Kehancuran Bersama!

Artificial Intelegence (illustrasi)
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta, INTI - Artificial Intelligence atau yang sering kita dengar dengan singkatan AI, sedang menjadi "bintang utama" dalam berbagai diskusi teknologi global. Dari aplikasi medis yang bisa mendeteksi penyakit lebih cepat hingga sistem pertahanan yang mampu menganalisis ancaman hanya dalam hitungan detik, AI benar-benar mengubah cara kita hidup dan bekerja. Tapi, di balik kecanggihannya, ada banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama soal kolaborasi global dan regulasi.

Kebayang nggak sih kalau teknologi AI yang ada di negara maju seperti Jerman atau Amerika bisa diakses oleh semua negara? Misalnya, sistem AI yang bisa mendeteksi kanker stadium awal di Inggris juga bisa digunakan di rumah sakit-rumah sakit Indonesia. Atau, teknologi pertahanan berbasis AI yang dimiliki negara besar bisa membantu menciptakan keamanan bersama. Semua itu mungkin saja, tapi butuh kolaborasi lintas negara.

AI di Dunia Medis: Menyelamatkan Hidup, Bukan Sekadar Fiksi Sains
Coba bayangkan, teknologi AI sudah bisa membaca hasil scan MRI atau CT scan lebih cepat dan lebih akurat dibanding manusia. Dalam dunia medis, hal ini benar-benar game-changer. Di Amerika, misalnya, AI digunakan untuk mendeteksi kanker payudara lebih awal dengan tingkat akurasi hingga 95%. Teknologi ini mampu membaca pola-pola kecil yang sering terlewat oleh dokter.

Namun, sayangnya, teknologi secanggih ini belum bisa dinikmati merata. Banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, masih tertinggal karena keterbatasan infrastruktur dan biaya. Nah, di sinilah pentingnya kolaborasi global. Negara-negara maju bisa berbagi teknologi dan pengetahuan, sehingga negara berkembang juga bisa memanfaatkan AI untuk meningkatkan layanan kesehatan. Hasilnya? Lebih banyak nyawa yang bisa diselamatkan.

AI di Bidang Pertahanan: Antara Keamanan dan Kontroversi
Kalau ngomongin AI di bidang pertahanan, mungkin yang terlintas di pikiran banyak orang adalah film-film sci-fi seperti Terminator. Tapi faktanya, AI dalam pertahanan bukan sekadar fiksi. Teknologi ini sudah digunakan untuk mengendalikan drone, menganalisis data intelijen, hingga melindungi sistem keamanan siber.

Salah satu contoh nyata adalah Project Maven di Amerika Serikat. Program ini menggunakan AI untuk menganalisis video drone dan mengidentifikasi target dengan cepat. Tapi, teknologi ini juga memunculkan banyak pertanyaan etis. Bagaimana kalau AI diprogram untuk mengambil keputusan tanpa campur tangan manusia? Apakah kita siap menghadapi konsekuensi senjata otonom yang bisa bertindak tanpa kendali langsung?

Ini sebabnya, kolaborasi global dan regulasi internasional jadi sangat penting. Negara-negara harus duduk bersama untuk membuat aturan yang jelas tentang penggunaan AI, terutama di bidang pertahanan. Jangan sampai teknologi ini malah jadi bumerang.