Menelisik Pergeseran Fokus BRICS: Dari Dedolarisasi Menuju Dominasi Artificial Intelligence (AI), Apa Maknanya?
- Kementerian Luar Negeri RI
Jakarta, WISATA - BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) terus menjadi sorotan dalam tatanan ekonomi global. Setelah menekankan pentingnya dedolarisasi dalam mengurangi dominasi dolar AS, kini kelompok negara berkembang ini mulai mengalihkan perhatian ke teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Langkah ini mencerminkan ambisi BRICS untuk tidak hanya menjadi kekuatan ekonomi alternatif, tetapi juga pemimpin inovasi teknologi global. Pergeseran fokus ini memiliki implikasi mendalam terhadap ekonomi dunia, termasuk bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Mengapa BRICS Beralih ke Teknologi AI?
Keputusan BRICS untuk berfokus pada teknologi AI tidak terlepas dari dinamika global. Kecerdasan buatan telah menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi modern, mendorong inovasi di berbagai sektor seperti manufaktur, layanan kesehatan, pendidikan, dan keuangan. Dengan AI, negara-negara dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan menciptakan lapangan kerja baru berbasis teknologi.
1. Potensi Ekonomi yang Besar
Menurut laporan PwC, AI dapat menambah hingga 15,7 triliun dolar AS ke ekonomi global pada tahun 2030. BRICS, yang memiliki populasi lebih dari 40% penduduk dunia, memiliki peluang besar untuk memanfaatkan teknologi ini demi mempercepat pertumbuhan ekonomi mereka. China, misalnya, sudah menjadi salah satu pemimpin global dalam inovasi AI, dengan perusahaan seperti Alibaba, Tencent, dan Baidu yang terus memimpin dalam pengembangan teknologi berbasis AI.
2. Meningkatkan Kemandirian Teknologi
Salah satu alasan utama di balik fokus pada AI adalah untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi dari negara-negara maju. Rusia, misalnya, menghadapi sanksi ekonomi yang mendorong mereka untuk mengembangkan teknologi dalam negeri, termasuk AI. Begitu pula India, yang berupaya memperkuat sektor teknologi mereka melalui inisiatif seperti Digital India dan Make in India.
3. Kompetisi Global
BRICS menyadari bahwa dominasi teknologi, termasuk AI, akan menjadi penentu utama kekuatan global di masa depan. Dengan berinvestasi dalam AI, BRICS ingin bersaing langsung dengan kekuatan teknologi tradisional seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Strategi BRICS dalam Meningkatkan Teknologi AI
Untuk mencapai dominasi dalam AI, BRICS telah merancang beberapa strategi utama:
1. Kolaborasi Penelitian dan Pengembangan
Negara-negara anggota BRICS telah sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam penelitian dan pengembangan teknologi AI. Pada pertemuan puncak BRICS tahun 2023, mereka membahas pembentukan pusat penelitian AI bersama yang berfokus pada aplikasi teknologi untuk ekonomi digital, keamanan siber, dan perubahan iklim.
2. Pelatihan dan Pengembangan Talenta
Negara-negara BRICS juga berkomitmen untuk mengembangkan talenta dalam bidang AI melalui investasi dalam pendidikan dan pelatihan. India, misalnya, telah meluncurkan program nasional untuk melatih lebih dari satu juta profesional AI pada tahun 2030. Sementara itu, China telah membangun banyak institut penelitian AI yang menghasilkan ribuan insinyur setiap tahun.
3. Pendanaan Inovasi
BRICS juga meningkatkan pendanaan untuk startup teknologi. Bank Pembangunan Baru (NDB) yang dimiliki BRICS telah mengalokasikan dana untuk mendukung proyek AI di negara-negara anggotanya, dengan fokus pada aplikasi AI yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
Dampak Global dari Pergeseran Fokus BRICS
Pergeseran fokus BRICS ke AI berpotensi membawa dampak besar pada ekonomi global.
1. Meningkatkan Kompetisi Teknologi
Dengan investasi besar-besaran dalam AI, BRICS dapat menjadi penantang utama dominasi teknologi AS dan Uni Eropa. Jika berhasil, BRICS tidak hanya akan menjadi pusat inovasi baru, tetapi juga menciptakan pasar alternatif bagi teknologi global.
2. Perubahan Dinamika Ekonomi
Penguasaan teknologi AI dapat membantu negara-negara BRICS meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka di pasar internasional. Ini bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi mereka dan mengubah dinamika perdagangan global, terutama di sektor teknologi.
3. Risiko Ketimpangan Teknologi
Namun, ada risiko bahwa pergeseran ini dapat memperbesar ketimpangan teknologi antara negara maju dan berkembang yang tidak termasuk dalam BRICS. Negara-negara yang tidak memiliki akses ke teknologi AI mungkin tertinggal dalam transformasi digital.
Bagaimana Dampaknya bagi Indonesia?
Sebagai bagian dari ekosistem global, Indonesia perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan yang dibawa oleh dominasi AI BRICS. Dengan posisi strategisnya sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki peluang untuk bekerja sama dengan negara-negara BRICS dalam pengembangan teknologi AI.
1. Kerja Sama dengan BRICS
Indonesia dapat memanfaatkan kerja sama bilateral dan multilateral dengan negara-negara BRICS untuk mendapatkan transfer teknologi dan pengetahuan. Inisiatif seperti Belt and Road Initiative China dapat digunakan untuk memperkuat infrastruktur digital di Indonesia.
2. Penguatan Talenta Teknologi Lokal
Pemerintah Indonesia perlu berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi AI untuk memastikan bahwa tenaga kerja lokal siap menghadapi tantangan teknologi masa depan. Program seperti Digital Talent Scholarship yang sudah berjalan harus diperluas untuk mencakup lebih banyak bidang teknologi canggih, termasuk AI.
3. Memanfaatkan AI untuk Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia juga perlu mengadopsi teknologi AI dalam berbagai sektor, seperti agrikultur, kesehatan, dan layanan publik. Dengan populasi besar dan pasar yang terus berkembang, AI dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pergeseran fokus BRICS dari dedolarisasi ke dominasi AI menunjukkan ambisi mereka untuk menjadi pemain utama dalam perekonomian global yang berbasis teknologi. Dengan populasi besar dan sumber daya yang melimpah, BRICS memiliki potensi untuk memimpin revolusi AI dan mengubah peta ekonomi dunia. Namun, tantangan besar tetap ada, termasuk risiko ketimpangan teknologi dan kebutuhan akan infrastruktur yang memadai.
Bagi Indonesia, perkembangan ini adalah peluang sekaligus tantangan. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat posisi ekonominya di tengah transformasi global yang dipimpin oleh AI. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, kolaborasi internasional dan pengembangan teknologi lokal akan menjadi kunci keberhasilan Indonesia di masa depan.