Dedolarisasi oleh BRICS: Strategi Baru atau Ancaman bagi Hegemoni Dolar?
- Kementerian Luar Negeri RI
3. Memperkenalkan Sistem Keuangan Alternatif
Sistem keuangan alternatif seperti sistem pembayaran yang dikembangkan oleh Rusia (SPFS) dan China (CIPS) semakin menarik perhatian negara-negara yang terganggu dengan dominasi SWIFT dan dolar. Sementara sistem SWIFT, yang digunakan untuk memfasilitasi transaksi internasional, dikendalikan oleh negara-negara Barat, BRICS berupaya memperkenalkan alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap sistem tersebut. Ini bisa memberikan lebih banyak keamanan bagi negara-negara yang merasa terpinggirkan atau terancam oleh kebijakan negara-negara besar.
Namun, di balik manfaat yang bisa didapatkan, ada risiko yang juga harus diperhatikan. Misalnya, transisi menuju sistem pembayaran alternatif yang lebih luas membutuhkan waktu dan investasi besar. Infrastruktur yang mendukung pembayaran antarnegara dalam mata uang lokal juga perlu diperkuat, sehingga BRICS harus menghadapi tantangan besar dalam menciptakan sistem yang stabil dan terpercaya.
Reaksi Dunia terhadap Dedolarisasi BRICS
Seiring dengan rencana dedolarisasi BRICS, beberapa negara besar, terutama Amerika Serikat dan negara-negara anggota OECD, telah memberikan reaksi terhadap perkembangan ini. Sejumlah analis internasional memandang dedolarisasi sebagai ancaman terhadap posisi dolar AS sebagai mata uang cadangan utama dunia.
Menurut Reuters, beberapa analis menyebutkan bahwa meskipun upaya BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada dolar menunjukkan potensi perubahan dalam sistem keuangan internasional, tantangan teknis dan politik yang dihadapi oleh negara-negara BRICS bisa menghambat terwujudnya rencana tersebut. Dolar AS masih memiliki keunggulan besar dalam hal stabilitas dan likuiditas di pasar global.
Namun, meskipun demikian, upaya dedolarisasi BRICS membawa peluang baru untuk negara-negara berkembang lainnya yang ingin mengurangi ketergantungan pada mata uang dominan tersebut. Ini bisa menjadi sinyal bahwa dunia sedang bergerak menuju tatanan ekonomi yang lebih multipolar, di mana berbagai mata uang dan sistem keuangan saling bersaing.