Asta Cita dan Transformasi Digital, Jalan Menuju Indonesia Maju, Wawancara Eksklusif dengan Dr. Adhiguna Mahendra

Dr. Adhiguna Mahendra
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Ia mencontohkan bagaimana Generative AI dapat digunakan untuk melestarikan budaya lokal dengan menciptakan materi edukasi tentang tradisi dan bahasa daerah. “Teknologi harus menjadi alat untuk melestarikan budaya, bukan menghapusnya,” tambahnya.

Regulasi yang jelas dan tata kelola yang baik sangat diperlukan untuk memastikan bahwa teknologi tidak disalahgunakan. Dr. Adhiguna mengingatkan bahwa setiap inovasi teknologi harus berlandaskan pada nilai-nilai spiritual dan etika yang menjadi dasar jati diri bangsa Indonesia.

Data dan Fakta: Transformasi Digital di Indonesia

Kemajuan transformasi digital di Indonesia sudah mulai terlihat, meskipun masih banyak tantangan yang harus diatasi. Berdasarkan laporan terbaru dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024, 82% populasi Indonesia telah terhubung ke internet. Program Satu Data Indonesia dan OneMap Nusantara juga telah mengintegrasikan lebih dari 60% data pemerintah, memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan berbasis data.

Namun, kesenjangan digital di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) masih menjadi tantangan besar. “Jika kita ingin transformasi digital yang inklusif, maka daerah-daerah ini harus menjadi prioritas utama,” kata Dr. Adhiguna.

Teknologi untuk Kesejahteraan Bangsa

Visi besar Asta Cita adalah sebuah impian yang memerlukan kerja keras, kolaborasi, dan pemanfaatan teknologi yang cermat. Mengutip sastrawan besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer  "Jika Engkau Tidak Berani Bermimpi, Maka Hidupmu Hanya Akan Berjalan Tanpa Arah". Transformasi digital, terutama melalui AI, adalah alat yang dapat mempercepat pencapaian visi ini. Namun, seperti yang diingatkan oleh Dr. Adhiguna, teknologi harus dikelola dengan hati-hati dan berlandaskan pada nilai-nilai bangsa.