Mengenal Generasi Satori Jepang, Gaya Hidup Minimalis tapi Update Teknologi, Siapa Mereka?

Ilustrasi Generasi Satori Jepang
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Generasi Satori, atau "Satori Sedai" dalam bahasa Jepang, adalah kelompok muda yang dikenal dengan gaya hidup minimalis, kesederhanaan, dan rendahnya ketertarikan pada materialisme. Istilah "Satori" sendiri berasal dari konsep pencerahan dalam ajaran Buddha, yang menggambarkan individu yang bebas dari keinginan-keinginan duniawi. Namun, di balik sikap tersebut, generasi ini tetap terhubung dengan teknologi modern dan memperlihatkan sisi unik dalam cara hidup mereka.

Generasi Satori, adalah generasi ini mencakup pemuda Jepang yang lahir sekitar awal 1990-an hingga 2010-an. Mereka tumbuh di tengah situasi ekonomi yang stagnan pasca "Bubble Economy" Jepang, sehingga lebih memilih hidup sederhana dan menghindari gaya hidup hedonistik. Penurunan konsumsi alkohol, hubungan percintaan, dan keinginan memiliki barang-barang mewah menjadi ciri khas mereka. Sebaliknya, mereka lebih memprioritaskan kebutuhan dasar, hubungan sosial yang intim, dan pengalaman spiritual.

Generasi Satori memilih untuk menekan pengeluaran dan fokus pada kebutuhan yang benar-benar penting. Menurut survei terbaru, lebih dari 60% anak muda Jepang dalam kategori ini cenderung menolak kredit konsumsi atau pembelian properti mahal. Mereka lebih nyaman tinggal di apartemen kecil dan menggunakan transportasi umum dibandingkan memiliki kendaraan pribadi. Budaya ini juga serupa dengan "generasi Sampo" di Korea Selatan dan "generasi Stroberi" di Taiwan.

Meskipun menjalani hidup sederhana, Generasi Satori tetap mengikuti perkembangan teknologi. Mereka adalah pengguna aktif media sosial, platform streaming, dan aplikasi berbasis AI untuk mengoptimalkan kehidupan sehari-hari. Teknologi seperti metaverse, VR (Virtual Reality), dan IoT (Internet of Things) menjadi bagian dari keseharian mereka. Beberapa kota di Jepang bahkan mengintegrasikan teknologi pintar untuk menciptakan lingkungan ramah pengguna, seperti di Yokohama dan Fukuoka.

Selain itu, generasi ini juga menyukai pengalaman virtual, seperti pemandian air panas digital berbasis VR. Tren ini memungkinkan mereka tetap menikmati budaya tradisional Jepang dengan cara modern yang efisien.

Berbeda dari generasi sebelumnya yang lebih terikat dengan tradisi, Generasi Satori tidak terfokus pada agama tertentu. Namun, mereka tetap menunjukkan ketertarikan pada nilai-nilai spiritual seperti mindfulness dan meditasi. Hal ini terlihat dari meningkatnya minat terhadap praktik yoga dan retret meditasi di kalangan anak muda Jepang.

Kedekatan Generasi Satori terhadap alam tercermin dalam gaya hidup berkelanjutan. Mereka mendukung inisiatif ramah lingkungan, seperti penggunaan produk berbasis tanaman, daur ulang, dan pengurangan sampah plastik. Sebagai konsumen, mereka cenderung memilih merek yang mempromosikan keberlanjutan.